The Heiress Ep. 05

Cast : Cho Chae Won I Choi Minho I Choi Siwon I Kris Wu

Other Cast : Kang Minhyuk I Jung Soojung

Genre : Romance

Length : Chaptered

Poster & Storyline : Rosaliaaocha

**

“Aku tak pernah memilih untuk menjadi siapa tapi aku memilih akan menjadi siapa.”

**

Chae Won kembali menuju café tempatnya bekerja. Dia bukannya munafik dengan tetap bekerja meski keluarga Choi membiayai hidupnya. Dia hanya tak ingin menerima kebaikan mereka begitu saja. Dia tak mau direndahkan oleh mereka terutama Choi Minho. Dia masih bisa bekerja dan mencari uang untuk biaya-nya sehari-hari. Juga, dia tak bisa begitu saja mengabaikan kebaikan hati Kris yang selama ini banyak membantunya. Hanya dengan bekerja keras-lah dia bisa membalasnya.

“Oh, Chae Won-ah!”

Minhyuk menghampiri Chae Won yang baru saja membuka pintu café. Pria itu menunjukkan wajah khawatirnya melihat sosok Chae Won yang memang pergi begitu saja tanpa dia ketahui. Saat dia pulang, dia terkejut melihat rumah di samping rumahnya telah hancur rata dengan tanah. Dan sang adik –Jungkook- berkata itu ulah seseorang yang kemudian membawa Chae Won pergi juga.

“Kau tidak apa-apa kan? Aku menghubungimu sejak semalam tapi kau tidak menjawabnya.” Ucap Minhyuk lagi.

“Maaf, aku lupa men-charger-nya semalam. Juga aku tidak ada pulsa. Hehehe… Maaf membuatmu khawatir oppa. Tapi aku baik-baik saja kok. Jangan khawatir!”

“Syukurlah kalau kau baik-baik saja. Tapi kau tinggal di mana?”

Chae Won terdiam sejenak. Dia bingung bagaimana menjelaskannya pada Minhyuk perihal nasib dirinya setelah semalam. Apa dia harus menceritakannya bahwa dia menjadi anak angkat keluarga Choi yang super kaya itu? Atau biarkan ini menjadi rahasia saja? Pasti keluarga mereka pun ingin dia merahasiakannya. Jika tidak, bisa-bisa media memberitakan hal yang tidak-tidak.

“Uhm… itu… aku ti… tinggal deng…”

“CHAE WON!”

Kris berlari keluar dari kantornya dan berdiri di depan Chae Won. Menghalangi Minhyuk yang masih dalam pembicaraan bersama Chae Won. Kris menatap Chae Won dengan kedua mata membulatnya karena khawatir –juga.

“Kau tidak apa-apa kan? Aku dengar dari Minhyuk jika rumahmu dihancurkan. Kau baik-baik saja? Aku benar-benar cemas tapi Kang Minhyuk tak mau memberitahuku tentang keberadaanmu.”

“Uhm… sajangnim!” Minhyuk menginterupsi sesaat. Dia tak terima dikatakan seperti itu. Dia kan juga tak tahu menahu tentang keberadaan Chae Won bahkan tak tahu siapa yang membawanya. “Aku juga tak tahu di mana Chae Won.”

Sajangnim aku baik-baik saja. Sungguh. Anda tidak perlu khawatir. Sebaiknya aku segera ganti baju untuk bekerja. Permisi…”

Chae Won memilih kabur dari kedua pria yang mengkhawatirkannya. Dia tak ingin lebih banyak ditanya oleh mereka karena dia pun belum siap bercerita. Dia tak bisa begitu saja menceritakan kejadian sebenarnya karena itu terlalu berbahaya. Entah untuk keluarga barunya atau dirinya sendiri. Biarkan orang-orang tahu jika dia hanyalah seorang gadis biasa bukan seorang gadis yang diangkat menjadi putri Keluarga Choi.

**

Minho kembali memulai ‘aksi’-nya. Dia melihat sosok Soo Jung yang sedang seorang diri. Sang sahabat –Chae Won- sepertinya sudah pergi. Dan itu kesempatan baik untuk Minho.

“Kau sendirian saja? Di mana temanmu itu?” Sapa Minho begitu mendekati Soo Jung.

“Uhm… oh… sun… maksudku oppa. Ya, Chae Won sudah ke tempat kerjanya tadi. Aku masih ada ujian terakhir. Kami hari ini ada jadwal ujian yang berbeda.” Sahut Soo Jung. “Oppa juga masih belum pulang?”

“Baru saja ingin pulang. Tapi aku melihat bidadari yang tengah sendirian di sini. Kau menunggu jemputanmu?”

Kedua pipi Soojung bersemu kemerahan karena pujian ‘bidadari’ yang dilayangkan oleh Minho.

“Ya, oppa. Supir-ku bilang ban mobilnya kempes di jalan. Jadi agak sedikit terlambat.”

“Oh, begitu. Suruh supirmu tak usah jemput. Aku bisa mengantarmu pulang, Soo Jung-ah.”

“Ah tidak usah, oppa. Itu akan merepotkan. Biarkan saja supirku menjemputku.”

“Aku ingin mengajakmu pergi juga. Ayolah… sesekali tak apa kan?”

Minho meminta dengan wajah memohonnya. Kedua mata besarnya menunjukkan ‘puppy eyes’ agar Soo Jung menuruti keinginannya. Dan sepertinya itu berhasil. Soo Jung pasti takkan menolak permintaan pria yang dianggapnya sebagai ‘Prince Charming’. Minho adalah pria pujaan hati-nya juga semua gadis. Dia pria populer dan semua gadis ingin berkencan dengannya.

“Baiklah kalau begitu, oppa.”

Minho tersenyum lebar mendengar persetujuan Soo Jung. Tapi dia sepertinya lupa satu hal. Mobilnya masih disita sang ayah. Bahkan dia datang ke kampus menggunakan taksi sejak kemarin.

“Oh… kita naik taksi tak apa kan? Mobil-ku masih dibengkel, Soo Jung-ah.” Sahut Minho –berbohong.

“Ya, tidak apa-apa kok oppa.”

Seperti yang dikatakan Chae Won. Soo Jung sudah ‘buta’. Dia melihat Minho makhluk sempurna. Kekurangan apapun yang terjadi pada Minho, takkan membuat Soo Jung ilfeel padanya atau berpikir ulang untuk menyukainya.

**

Ny. Choi –ibu Minho- membawa Hera keluar rumah. Dia ingin membelikan anggota keluarga barunya pakaian yang bagus. Mengingat tak ada persiapan apapun dari Chae Won. Pakaiannya juga barang-barangnya dipindahkan sang suami entah ke mana. Keadaan mengenaskan bagi Chae Won memang.

“Ayo Hera-ya, kita kunjungi Yimo-mu.” Ucap Ny. Choi semangat begitu keluar dari mobilnya yang terparkir di depan café tempat Chae Won bekerja.

Hera –si gadis kecil- tampak senang karena dia bisa berjalan-jalan keluar rumah meski tak tahu mereka akan ke mana.

“Di mana putriku itu?” Tanya Ny. Choi yang langsung mencari keberadaan Chae Won di café tersebut.

Gadis itu tentu saja tengah bekerja. Menjadi salah satu pelayan dengan seragam khasnya. Gadis itu tengah melayani seseorang saat Ny. Choi menemukannya. Ada perasaan kasihan sekaligus bangga saat Ny. Choi melihat Chae Won. Gadis itu sudah bekerja di usia-nya yang masih muda untuk membiayai kehidupannya sendiri. Bahkan meski sekarang sudah tinggal bersamanya, Chae Won terlihat tetap semangat bekerja.

“Chae Won-ah!” panggil Ny. Choi begitu mendapat tempat duduk untuk dia dan Hera.

Chae Won terkejut dengan kedatangan Ny. Choi dan cucu-nya itu. Dia menghampirinya masih dengan wajah terkejutnya. Dia sedikit khawatir jika kedatangan Ny. Choi ini akan membuatnya ketahuan jika dia hidup bersama keluarga Choi yang terhormat.

“Selamat datang di café kami. Ada yang ingin di pesan? Di sini kami menawarkan menu khusus untuk hari ini yaitu strawberry cheesecake dan coffee latte.” Ucap Chae Won tetap berada dalam posisinya sebagai pelayan.

“Chae Won-ah. Aku ingin mengajakmu berbelanja. Mau ya? Hera juga sudah tidak sabar.”

“Tapi Nyonya… aku….. aku harus bekerja.”

“Tidak bisa minta ijin sebentar saja eoh? Kumohon… aku ingin membelikanmu pakaian. Bukankah kau tidak membawa selembar pakaianpun? Yang kau pakai tadi pun punya mendiang istri Siwon.”

“Tapi nyonya… Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku begitu saja. Maafkan aku.”

Ny. Choi terlihat kecewa dan sedih. Dia sengaja berada di sini sekarang untuk berbelanja bersama putri barunya.

“Aku pesan makanan dahulu dan aku ingin berbicara dengan manajermu.” Perintah Ny. Choi tegas.

“Ta –tapi…”

“Tidak ada tapi-tapian. Atau aku sendiri yang memanggilnya?”

Chae Won mendesah pelan. Keluarga Choi tetaplah Keluarga Choi. Bahkan Sang Nyonya rumah pun punya sifat yang keras, tegas, dan pemaksa. Dia ingin apa yang diinginkannya tercapai.

“Baiklah.” Sahut Chae Won pasrah dan segera berbalik pergi.

Setelah mencatat pesanan tamu spesialnya, Chae Won segera menuju ruangan manajer. Tempat di mana Kris berada untuk memanggil pria jangkung itu demi keinginan Ny. Choi tadi.

Kris keluar atas permintaan Chae Won. Dia bersama Chae Won menuju tempat Ny. Choi berada. Dan kedua mata Kris terkejut melihat sosok Ny. Choi yang ternyata tak asing untuknya.

“Oh, ahjumma… Annyeonghaseyo. Senang bertemu denganmu lagi, ahjumma. Sudah lama sekali rasanya.” Ungkap Kris saat bertemu dengan Ny. Choi.

Ny. Choi tersenyum ramah dan mempersilahkan Kris juga Chae Won untuk duduk bersamanya untuk bicara.

Sajangnim mengenal Ny. Choi?” Tanya Chae Won yang terkejut karena mereka terlihat sama-sama saling mengenal satu sama lain.

“Tentu saja. Tn. Choi adalah rekan bisnsis ayahku di Tiongkok. Kami bekerja sama dan setiap kali keluarga Tn. Choi datang ke Tiongkok, mereka akan berada di rumahku. Sebelum akhirnya aku pindah ke sini.” Jelas Kris panjang lebar. “Dan… bagaimana ahjumma mengenal Chae Won?”

“Itu…” Chae Won menyahut lebih dulu. Dia tak ingin jika Ny. Choi mengatakan jika dirinya tinggal bersama keluarga-nya. Jika ditanya lebih lanjut lagi akan ada hal-hal yang seharusnya menjadi rahasia yang terungkap. “…uhm… Ny. Choi banyak membantuku. Dia donatur untuk beasiswa-ku, sajangnim.” Sahut Chae Won cepat sebelum Ny. Choi buka suara.

Wanita paruh baya itu memandang Chae Won dengan kerutan di dahinya. Kenapa Chae Won mengatakan hal demikian? Padahal dia ingin menjelaskan yang sebenarnya jika Chae Won tinggal bersamanya dan menjadi bagian keluarganya saat ini.

“Benarkah? Woaah… aku benar-benar tak menyangka dunia se-sempit ini. Aku berterima kasih pada ahjumma juga karena sudah berbaik hati menolong gadis seperti Chae Won. Dia gadis yang cerdas dan baik. Sayang nasibnya kurang beruntung.” Jelas Kris sambil melirik ke arah Chae Won.

“Y –ya.” Sahut Ny. Choi. “Oh ya, Kris-ah, aku ingin minta ijin padamu untuk membawa Chae Won pergi. Bolehkah? Ada keperluan sebentar.” Ungkapnya to the point.

“Tentu saja. Kau boleh membawa Chae Won kapanpun kau inginkan, ahjumma. Hehehe…”

“Syukurlah.” Sahut Ny. Choi senang.

“Oh ya, ahjumma. Kemarin putra bungsu-mu datang ke sini dan dia sedikit mem…”

Chae Won dengan cepat mencengkram lengan Kris. Memberikan kode padanya agar tak mengungkapkan kedatangan Minho kemarin pada ibu-nya.

“Ada apa Kris-ah? Minho ke sini?”

“Ya. Dia… datang ke sini… dan dia sedikit… sedikit…” Kris meneguk salivanya. Bingung harus menjelaskan bagaimana kepada Ny. Choi setelah Chae Won memintanya untuk tak mengatakan yang sebenarnya. “…sedikit membuatku kaget. Iya… hahaha terakhir kali aku melihatnya, dia tak seperti sekarang.”

“Begitukah? Ya… beberapa tahun terakhir ini, dia mulai memperhatikan penampilannya. Ke gym, menjaga makanan, dan perawatan pada tubuhnya. Dia bahkan jadi playboy. Aku benar-benar pusing dengannya, Kris-ah. Dia semakin sulit diatur sekarang. Hehehe…”

“Namanya juga laki-laki, ahjumma. Dia pasti ingin mencari gadis yang paling terbaik untuknya. Biarkan saja dulu. Dia baru mendapatkan kepopularitasan-nya.” Sahut Kris.

“Aku berharap dia cepat dewasa sepertimu, Kris-ah.”

Perbincangan itu berakhir singkat seetelah Ny. Choi menghabiskan makanan dan minumannya. Kris mengijinkan Chae Won untuk pergi bersama Ny. Choi –dan Hera.

**

Minho mengajak Soo Jung ke sebuah pusat perbelanjaan. Dia mengajaknya jalan-jalan agar bisa mengobrol lebih lama bersama gadis yang menjadi target barunya itu. Soo Jung sendiri merasa senang dan beruntung saat ini. Berdekatan dengan seorang Choi Minho yang didambanya. Bisa mengobrol dan ‘dating’ dengannya. Walaupun belum bisa disebut kencan karena Minho tak menyebutnya seperti itu.

“Mau makan es krim?” Tanya Minho menunjuk sebuah kedai es krim yang cukup terkenal. “Gadis cantik pasti suka es krim. Iya kan?”

“Ya, aku suka!” Sahut Soo Jung sumringah.

Keduanya menuju kedai es krim. Membeli dua cone es krim dengan rasa berbeda. Minho memilih rasa coklat sementara Soo Jung rasa strawberry. Sambil menikmati es krim mereka, mereka duduk di kursi yang disediakan kedai itu.

“Bagaimana keadaan temanmu itu? Aku jadi merasa bersalah. Itu ulah gadis-gadis penggemarku kan? Mereka kadang suka anarkis dan salah paham memang.” Jelas Minho.

“Tidak apa-apa kok. Chae Won gadis yang kuat. Dia sudah biasa seperti itu. Aku juga merasa kasihan padanya. Aku benar-benar khawatir.”

“Tapi aku lebih mengkhawatirkanmu, Soo Jung-ah.” Soo Jung mengernyitkan dahinya. Kenapa justru dia yang lebih dikhawatirkan? “Kau kan berteman dengannya. Bukan tidak mungkin kau akan disakiti oleh mereka juga. Tapi kalau dipikir-pikir lagi memang temanmu itu juga keras kepala. Bukankah sebaiknya dia menjelaskan yang terjadi dan meminta maaf pada mereka? Aku yakin mereka akan mengerti.”

Soo Jung memikirkan perkataan Minho sejenak. Memang bisa dibilang Chae Won gadis keras kepala. Dia merasa dirinya tak bersalah. Dan Chae Won justru kian membuat mereka kesal dibuatnya. Dengan kata-katanya juga perilaku-nya. Bahkan saat Minho ingin membantunya ketika terjatuh, Chae Won malah tak menggubrisnya. Pasti semakin membuat penggemar berpikir Chae Won mengesalkan karena itu.

“Memang sih. Chae Won tak suka harga dirinya diinjak karena dia miskin dan kekurangan. Begitu katanya.” Sahut Soo Jung.

“Aku bisa mengerti. Biasanya orang-orang seperti mereka memang begitu. Suka tak tahu diri… ups… maaf, bukan maksudku menjelekkan temanmu. Aku hanya kasihan padamu yang nanti malah kena getahnya karena ulah temanmu itu. Apa dia tak memikirkan dirimu?”

Soo Jung kembali terdiam. Apa yang dikatakan Minho ada benarnya juga. Selama ini Chae Won hanya terlalu egois. Dia bertingkah sesuka hatinya tanpa memikirkan apapun di sekelilingnya. Kadang bahkan dia harus ikut-ikut kesusahan karena Chae Won. Walaupun gadis itu tak ingin membawa Soo Jung dalam masalah tetap saja pasti Soo Jung akan terkena imbasnya cepat atau lambat.

“Soo Jung-ah, menurutku kau harus sedikit menjaga jarak dengan temanmu itu. Setidaknya sampai kondisinya stabil dan menjadi baik saja.” Usul Minho pada Soo Jung yang merupakan pesan terselubung untuk memuluskan tujuannya.

Minho merasa Chae Won bisa menjadi penghambat untuknya mendapatkan Soo Jung. Juga dia tak terlalu suka dengan Chae Won. Dia tak ingin gadis itu ada di sekitarnya jika Soo Jung menjadi pacarnya kelak.

“Ayo kita lanjut jalan-jalannya! Kau mau melihat-lihat sesuatu? Pakaian misalnya atau asesoris? Gadis-gadis suka dengan hal itu biasanya.” Ajak Minho mengalihkan pembicaraan.

**

Di sisi lain pusat perbelanjaan, Ny. Choi memilih-milih pakaian untuk dikenakan Chae Won. Sudah lama rasanya dia ingin sekali membelikan seorang gadis pakaian juga menemaninya berbelanja seperti yang dilakukan Chae Won saat ini. Kehadiran Chae Won di tengah keluarganya bukan hal  buruk juga –pikirnya.

Ny. Choi tipe yang cukup terbuka. Dia tak memiliki pikiran negatif akan Chae Won. Dia yakin gadis itu membawa hal baik ke keluarganya –entah bagaimana.

“Ini cocok untukmu, Chae Won-ah. Warna peach, hijau tosca, dan biru muda sangat cocok dengan kulit putihmu. Kau benar-benar akan cantik. Coba-lah!” Ucap Ny. Choi sembari menyodorkan beberapa potong pakaian yang telah dipilihnya untuk Chae Won.

“Ini semua untukku, Nyonya?” Tanya Chae Won kebingungan karena bukan hanya satu atau dua potong yang diberikan tapi belasan potong.

“Ya, cobalah. Jika ada yang dirasa tak cocok kita pilih yang lain. Sekarang coba dulu semuanya. Satu per satu dan aku akan menilai. Oke?”

Chae Won menurutinya. Dia memasukki ruang ganti. Mencoba satu per satu pakaian dan keluar begitu pakaiannya berganti untuk dilihat oleh Ny. Choi.

Wanita itu tampak puas dengan baju-baju pilihannya. Dia memang memiliki selera yang bagus dalam hal pakaian. Terbukti dia menjadi sorotan setiap kali mendampingi sang suami.

“Rasanya sudah lama sekali aku ditemani seseorang berbelanja. Setiap kali belanja aku hanya sendiri. Dan sekarang aku memilikimu, Wonnie.” Ucapnya begitu Chae Won selesai mencoba pakaian terakhirnya. “Aku beruntung.”

“Tidak, Nyonya. Aku yang beruntung. Sangat beruntung.”

“Chae Won-ah, panggil aku eomma. Aku ibu-mu kan? Walaupun belum resmi benar.”

Chae Won tersentak. Tak percaya jika panggilan itu tulus diinginkan oleh Nyonya besar di hadapannya itu. Dia merasa seperti punya ibu baru dalam hidupnya.

“Baiklah… eomma.” Ucapnya perlahan. Masih ragu menyebutkannya.

“Selanjutnya bagaimana kalau kita lihat sepatu? Aigoo… ada sepatu bagus untuk anak muda sepertimu yang sejak dulu ingin kubeli. Apa ada keluaran baru lagi ya?”

Tampaknya Ny. Choi lah yang lebih antusias untuk berbelanja di sini dibandingkan Chae Won. Padahal gadis itu yang akan memakai semuanya. Barang-barang mahal dengan merk ternamaan. Bahkan sebelumnya Chae Won tak pernah sekali pun bermimpi memiliki pakaian se-mahal ini. Tapi kini semuanya telah menjadi miliknya.

**

Siwon tak habis pikir dengan apa yang dikatakan sang ayah siang tadi. Tidak. Kedatangan Chae Won bukan sebuah kebetulan semata. Memang ada yang ayah-nya rencanakan. Dan bisa saja memang menyangkut perjodohannya dengan gadis itu. Lantas apa yang harus dia lakukan kini?

“Siwon-ah, apa mengandalkanmu. Kau tahu seberapa pentingnya kehadiran Chae Won untuk kita dan perusahaan ini, bukan? Tanpanya semua ini akan lenyap begitu saja.” Jelas sang ayah pada-nya. Sebelum dia akhirnya keluar begitu saja dari kantor sang ayah dengan perasaan bimbang.

Siwon mendesah pelan. Tak ada pilihan lain baginya. Dia harus menikahi gadis itu cepat atau lambat. Dia harus menerimanya sebagai bentuk tanggung jawab yang diberikan sang ayah padanya. Toh dia juga belum menemukan siapapun setelah istrinya meninggal. Dan Hera –putri kesayangannya- membutuhkan sosok seorang ibu.

“Sepertinya aku harus mulai menerima kehadiran gadis itu.” Gumam Siwon dengan helaan nafas panjangnya.

Siwon membuka pesan yang dikirimkan sang ibu beberapa saat yang lalu. Di sana tertera jika ibu-nya akan membawa Hera jalan-jalan. Tak hanya berdua tapi mereka juga akan mengajak Chae Won bersama. Gadis itu akan diajak berbelanja untuk membeli beberapa keperluannya.

To : Eomma

Siwon mulai mengetikkan sesuatu setelah berpikir cukup panjang sebelum mengirimkan sang ibu pesan.

-Eomma, bagaimana kalau malam ini kita makan malam di luar bersama. Appa akan pulang larut bersama client-nya. Dan Minho entahlah aku tak tahu. Jadi kita makan malam berempat saja. Aku akan menraktir kalian. Aku tunggu di restoran biasa, eomma.-

Sent.

Siwon menyunggingkan senyumannya. Sepertinya ini awal baginya untuk mengenal sosok gadis yang akan jadi calon istrinya kelak. Ya, dia juga tak ingin tiba-tiba dia memiliki istri yang sama sekali tak dikenalinya.

**

“Maafkan aku, Soo Jung-ah. Aku tak bisa makan malam bersamamu.” Ungkap Minho setelah dia menerima sebuah pesan dari ibu-nya.

Ibu-nya memintanya makan malam bersama di luar. Tak hanya berdua tapi dengan yang lain. Dan Minho yakin sosok Chae Won ikut bersama mereka. Dia sebenarnya ingin mengajak Soo Jung bersamanya, tapi dia tak mau Soo Jung tahu jika Chae Won menjadi saudara angkatnya. Tidak setelah dia meminta gadis itu menjauhi Chae Won.

“Bukan dengan gadis lain, oppa?” Selidik Soo Jung.

“Tidak-tidak. Ini pesannya kalau kau tak percaya.” Minho menunjukkan pesan dari ibu-nya pada Soo Jung. “Jika masih tak percaya, kau boleh menelponnya. Mau?”

“Tidak perlu. Aku percaya, oppa. Hanya bercanda saja tadi.” Sahut Soo Jung. “Lagipula aku juga ada janji makan bersama kedua orangtuaku. Tak perlu merasa tak enak, oppa.”

“Sekali lagi aku minta maaf. Rasanya tak sopan sekali.”

“Tidak apa-apa. Sungguh. Oh… supirku sudah datang.” Tunjuk Soo Jung saat melihat sebuah mobil melintas di depannya.

“Hati-hati di jalan Soo Jung-ah. Dan sampai jumpa lagi!”

Minho melambaikan tangannya sampai memastikan mobil milik Soo Jung pergi dari pandangannya. Setelahnya, dia memanggil sebuah taksi untuk mengantarnya ke restoran tempat ibu-nya meminta untuk makan malam bersama.

Memikirkan dia akan bertemu lagi dengan Chae Won, rasa kesalnya kembali. Dia masih tak habis pikir dengan kedua orangtuanya yang mengangkat gadis itu sebagai anak mereka. Bukan masalah anak angkat, tapi lebih kenapa harus gadis itu. Bukankah di dunia ini masih banyak anak yang bisa mereka adopsi? Kenapa harus seorang gadis bernama Cho Chae Won? Itu saja masalahnya. Minho masih tak suka dengan sosok gadis yang sombong itu.

Tak terasa taksi yang ditumpanginya telah sampai di depan restoran. Minho harus menahan kekesalannya dan tak membuat keributan dengan sang ibu saat makan malam.

Di salah satu sudut restoran seafood itu, ibu-nya, keponakan juga Chae Won sudah menunggu kedatangannya. Melihat sosok Chae Won secara langsung, sudah membuat emosi-nya terbakar. Dia harus menahan kekesalannya setengah mati setelah ini. Apalagi setelah kejadian pagi tadi. Dia semakin kesal dengan ulah gadis itu padanya.

“Halo Hera-ya…” Sapa Minho pada si keponakan manisnya.

Hera tampak sumringah akan kehadiran Minho. Gadis kecil itu memang cukup akrab dengan pamannya ini. Lalu Minho pun menyapa ibu-nya. Tapi dia tak sama sekali menganggap Chae Won ada. Dia sama sekali tak menghiraukan keberadaan gadis itu di sana.

“Minho-ya tadi eomma menjemput Chae Won di tempat kerjanya. Eomma juga bertemu Kris. Dia rupanya pemilik café itu.”

“Benarkah? Aku tak tahu.”

“Dia bilang kau juga pernah berkunjung ke sana. Apa kau tak bertemu dengannya?”

Minho meneguk salivanya. Dia kemudian melirik Chae Won karena disangka gadis itu yang memberitahukan keberadaannya waktu itu. Dan entah apa lagi yang diceritakan Chae Won pada sang ibu.

“Ti –tidak eomma. Dia ada di ruangannya jadi aku tak tahu. Aku tak menyangka Kris gege mengetahui keberadaanku.”

“Katanya dari cctv. Dia selalu melihat tamu-nya setiap malam untuk memastikan mereka puas dengan pelayanan di sana. Dan tahu tidak apa yang dia katakan tentangmu….”

Sekali lagi Minho meneguk saliva-nya. Sepertinya Kris tahu tentang keributan yang dia lakukan saat dia berkunjung. Apa yang akan ibu-nya lakukan setelah ini padanya? Dan dia merasa kesal jadinya. Ini semua karena sosok Chae Won. Dia tak sangka jika si pemilik café adalah Kris. Seseorang yang dikenalnya –juga ibu-nya. Dia juga tak sangka sang ibu akan mengunjungi café itu.

“Dia bilang kalau kau…”

Eomma aku bisa jelaskan. Saat itu aku tidak benar-benar membuat keributan. Tapi itu karena aku kesal padanya.” Tunjuk Minho pada Chae Won. “Dia gadis yang sombong. Jadi aku sedikit mengerjainya. Maafkan aku eomma.” Ucap Minho memotong kalimat ibu-nya.

“APA? Kau membuat onar di café itu?”

Minho terkejut. Sepertinya sang ibu belum tahu apa yang terjadi padanya. Dia salah mengira jika Kris telah melaporkannya. Tapi ternyata tidak. Dan dia sendiri yang membuat hal itu diketahui sang ibu.

“Choi Minho jelaskan pada eomma apa yang terjadi.” Perintah sang ibu tegas.

Minho menghela nafasnya kasar. Dia telah terpojokkan akan ulahnya sendiri. Mau tak mau dia menceritakan apa yang terjadi di sana. Dan bukan hanya Minho yang mendapat omelan sang ibu. Tapi juga Chae Won karena tak menceritakannya.

“Jika eomma tahu kau melakukan sesuatu yang buruk pada Chae Won, kau akan eomma hukum, Minho-ya. Aku akan bilang pada ayahmu. Dan Chae Won-ah, kau juga tak boleh takut padanya. Jangan menutupi kesalahannya! Kau harus cerita pada eomma, mengerti?”

Ne…” Jawab keduanya kompak.

“Sudahlah. Itu terjadi karena kau belum tahu Chae Won adalah saudarimu.” Jelas Ny. Choi bijak. “Sekarang kau harus menyayanginya seperti adikmu sendiri, Minho-ya. Mengerti?”

“Iya eomma.” Jawab Minho malas.

Seperti saudaranya? Jangan harap –pikir Minho. Dia tetap merasa muak dengan gadis itu. Akan sebesar apa kepalanya jika dia menerima gadis itu sebagai adiknya. Pasti Chae Won akan semakin sombong padanya.

“Tapi kenapa kau mengerjai Chae Won hah? Memang dia ada salah denganmu?”

“Itu…” Minho memutar otak mencari alasan yang tepat agar sang ibu tak marah. Yang diketahui ibu-nya, Minho adalah anak baik-baik. Dia bukan seorang pembully. Dia hanya seorang cassanova saja. Begitu. Lantas apa yang harus dikatakan sebagai alasannya melakukan kekacauan? “Itu karena… Dia mengabaikanku.” Jawab Minho.

Kata itu yang keluar dari otaknya begitu saja. Tapi hal itu memang benar adanya. Chae Won terlalu sombong padanya selama ini. Namun, saat di café awalnya dia berniat menjahili gadis itu. Tapi sikap sombong dan cuek Chae Won yang tak bergeming pada kata-katanya membuat Minho kesal bukan main. Gadis itu benar-benar mengabaikannya. Jadi-lah dia bertambah kesal dan membuat sedikit keributan.

“Hahahaha… Jadi begitu? Chae Won mengabaikanmu selama di kampus lalu kau mendatangi café-nya dan membuat keributan untuk mencari perhatiannya? Begitu kah?” Sang ibu tertawa terbahak-bahak setelah mendengar alasan Minho.

Minho mengerutkan dahinya. Sebenarnya bukan itu yang dimaksud. Tapi dia jelas tak mungkin mengatakan hal sebenarnya.

“Anggap saja begitu, eomma.” Sahut Minho acuh karena sudah malas menjelaskan.

“Astaga… kau menyukai Chae Won? Harusnya eomma tahu kenapa kau tak suka Chae Won menjadi adikmu. Jadi itu karena kau menyukainya? Ya ampun… Minho-ya. Maafkan kami karena mengangkat gadis yang kau sukai menjadi adikmu.”

Minho membesarkan kedua matanya. Bukan. Bukan itu alasannya. Dia menyukai Chae Won? Mungkin sampai kiamat pun takkan terjadi –dia bersumpah dalam hati.

Di sisi lain Chae Won ikut terkejut dengan tebakkan Ny. Choi tentang hubungan Minho dan dia. Jelas wanita itu salah besar. Bagaimana bisa seorang Choi Minho menyukainya. Ini hanya salah paham.

“Ah… bagaimana ini? Haruskah aku bilang pada ayahmu untuk tak terburu-buru mengadopsi Chae Won?” Ucap Ny. Choi.

Minho tersentak. Jika begitu akhirnya ini jelas menguntungkan. Hal yang bagus jika sampai orangtuanya membatalkan adopsi Chae Won. Walaupun dia harus berpura-pura menyukai gadis yang paling dibencinya, itu tak masalah. Asalkan gadis itu bisa pergi dari hidupnya dan keluarganya.

“Ya, begitulah eomma. Aku… menyukai Chae Won.” Ucap Minho sambil tersenyum lebar.

Dia melirik Chae Won yang terkejut mendengar pernyataannya. Di sisi lain, Ny. Choi justru tampak senang dengan pernyataan Minho. Jelas ini adalah tujuan dari wasiat ayah sang suami bukan? Jika salah satu putra mereka mau dinikahi dengan Chae Won itu adalah hal yang baik. Tanpa harus memaksa mereka. Tanpa harus menyakiti siapapun.

**To Be Continued**

 

1 responses to “The Heiress Ep. 05

  1. Hahaha minho biang msalah, hanya karna rasa kesal, berbicra tanpa memikirkan kejadian yg akan ditimpanya hihi

Tinggalkan komentar