The Heiress Ep. 07

Cast : Cho Chae Won I Choi Minho I Choi Siwon I Kris Wu

Other Cast : Kang Minhyuk I Jung Soojung

Genre : Romance

Length : Chaptered

Poster & Storyline : Rosaliaaocha

**

“Aku tak pernah memilih untuk menjadi siapa tapi aku memilih akan menjadi siapa.”

**

“Sudah selesai kah shift-mu, Chae Won-ah?”

Siwon kembali ke dalam usai mengantar teman-temannya. Dia telah berjanji akan mengantarkan Chae Won ke kampusnya setelah shift-nya sore ini usai.

“Sudah, oppa. Hanya aku harus ganti baju dulu.”

“Iya. Aku tunggu di depan ya?”

Chae Won mengangguk patuh dan segera berlari menuju ruang ganti. Hati-nya benar-benar senang bukan hanya karena mendapat tumpangan gratis ke kampus –yang sebenanrya tak terlalu jauh juga. Tapi juga karena yang mengantar adalah sosok Choi Siwon. Pria tampan nan gagah yang baik hati. Benar-benar pria idaman –baginya.

Chae Won bergegas mengganti pakaiannya setelah istirahat makan siang-nya usai. Dia membereskan barang-barangnya dari loker dan keluar dari sana. Tapi seseorang telah menunggu-nya keluar. Bukan Minhyuk atau Siwon –yang memilih menunggu di parkiran. Justru seorang Kris yang tak lain adalah bos-nya.

Eohsajangnim.” Chae Won bingung dengan kemunculan Kris tiba-tiba. Biasanya dia pamit pada Kris di kantornya bukan dengan Kris yang mendatanginya begini. Tapi dia merasa Kris bukannya meminta untuk dirinya pamit. Sepertinya ada sesuatu yang ingin dibicarakan. “Aku baru saja akan berpamitan.”

“Bisa kita bicara dulu di sini?”

“Tentu saja.”

“Siwon-ssi, yang menunggu-mu di depan kan? Dia akan mengantarmu?”

Kris menoleh ke arah jendela di mana terlihat sosok Siwon di depan mobil-nya. Bersandar di kap mobil dengan keren-nya ala-ala photoshoot. Mengalihkan seluruh pasang mata wanita yang sekedar lewat. Bahkan para pegawai Kris pun sering mencuri-curi pandang demi melihat sosok pria beranak satu itu.

“I –iya.”

Chae Won gelisah. Sepertinya Kris juga mengenal sosok Siwon –kakak Minho dan putra sulung Ny. Choi. Jika begini, Kris pasti akan kembali bertanya-tanya soal kedekatannya dengan keluarga itu. Tidak mungkin hanya sekedar urusan beasiswa dan donatur-nya saja. Ada hal lebih yang terjadi di antara mereka.

“Aku tahu kau tak mau memberitahuku. Aku hanya berharap kau berhati-hati jika berurusan dengan orang-orang seperti mereka. Keluarga kaya dan berkuasa. Pasti ada sesuatu yang mereka inginkan darimu jika mereka terlalu baik padamu. Itu sudah jelas bukan?” Nasihat Kris pada Chae Won.

“Maaf membuatmu khawatir, sajangnim. Aku pastikan bisa menjaga diriku sendiri. Terima kasih atas perhatianmu.”

“Tolong hati-hati, Chae Won-ah. Aku benar-benar khawatir dengan keselamatanmu. Aku bertanggungjawab atas dirimu karena kau tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini.”

“Iya, sajangnim. Aku mengerti atas kekhawatiranmu. Terima kasih banyak.”

Chae Won membungkukkan tubuhnya sebelum berpamitan dan pergi dari hadapan Kris. Kris hanya bisa mewanti-wanti gadis itu tanpa tahu alasan gadis itu bersama Keluarga Choi. Dia hanya tidak terjadi sesuatu padanya. Rasanya terlalu tragis jika gadis yang sebatang kara itu harus melewati penderitaan lagi.

“Aku berharap kau bisa lebih terbuka lagi padaku, Chae Won-ah.”

**

Siwon membukakan pintu mobil saat Chae Won akan masuk. Dengan gaya gentle-nya seperti itu mana mungkin ada wanita yang tak jatuh hati. Termasuk Chae Won dengan wajah memerahnya kini. Dia benar-benar gugup bahkan hanya dengan duduk di samping Siwon seperti ini.

“Sudah siap?” Tanya Siwon saat dia sudah berada di belakan kemudi. “Kampus-mu sama dengan kampus Minho kan?”

“I –iya, oppa.” Jawab Chae Won gugup.

“Hahaha… kau lucu sekali. Kenapa gugup begitu? Mobilku sepertinya tak sebagus mobil yang dibawa Leeteuk-ssi menjemputmu tempo hari. Itu mobil kebanggaan appa. Kau hebat sudah bisa menaikkinya.”

“Be –benarkah? Uhm… apa oppa tidak pernah menaikki-nya?”

“Saat dia beli, aku sudah punya mobilku sendiri. Jadi malas menumpang kalau tidak dalam keadaan mendesak. Hehehe…”

Chae Won lupa kalau keluarga ini begitu kaya raya. Bahkan di rumah saja mereka punya banyak koleksi mobil mewah. Entah apa guna-nya kalau tak dipakai begitu. Katanya Hera saja sudah punya mobil sendiri. Kadang Chae Won heran dengan begitu banyak hal yang mereka hamburkan untuk sesuatu yang hanya bertujuan agar dipandang hebat. Tapi sebenarnya tak ada kegunaan berarti dari benda yang mereka beli.

“Bagaimana perasaanmu tinggal di rumah kami? Keluarga kami memang tak hangat. Kami punya banyak kesibukan masing-masing dan jarang sekali menghabiskan waktu bersama. Eomma dan Hera yang lebih banyak di rumah.”

“Aku sudah bersyukur karena memiliki keluarga baru lagi. Selama ini aku hanya sendirian. Paling dengan Minhyuk oppa dan Jungkook saja. Itu pun kalau mereka tak sibuk atau tidak mengunjungi keluarga mereka. Sisa-nya kuhabiskan di kampus atau di café. Karena setiap kali aku di rumah, aku akan merasa kesepian.”

Siwon mengulum senyumannya. Cerita Chae Won terdengar menyedihkan. Gadis itu sudah menghabiskan banyak waktu-nya berada dalam kesendirian. Tapi tak sedikit pun dia berniat untuk menyerah dalam hidupnya. Dia justru berusaha lebih keras untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Sungguh benar-benar sebuah inspirasi juga motivasi baginya.

“Kau tadi dengar kan aku dan rekan-rekanku membicarakan sebuah proyek. Ini salah satu wujud CSR dari perusahaan. Kami akan memberikan beasiswa juga modal usaha untuk mahasiswa/mahasiswi cerdas, berprestasi, pekerja keras, namun kurang beruntung. Menurutmu bagaimana, Chae Won-ah?”

“Ide yang bagus oppa. Banyak sekali anak-anak kurang beruntung di luar sana yang ingin melanjutkan sekolahnya namun terbentur biaya. Beasiswa dari Negara pun terbatas. Perusahaan besar seperti perusahaan oppa sudah seharusnya memberikan kontribusi juga membantu pemerintah. Aku harap itu segera terwujud.”

Siwon mengangguk. Kata-kata Chae Won tak hanya memberikannya semangat dan dukungan. Tapi kata-kata itu cukup membuatnya sadar sekali lagi Chae Won gadis yang cerdas untuk ukuran gadis se-usianya.

**

Minho berjalan bolak-balik dari lorong ke lorong. Diikuti kedua temannya dan kadang ada gadis-gadis yang menghampirinya. Dia tengah mencari seseorang yang belum kelihatan batang hidungnya –Chae Won. Minho pikir sikap Soo Jung padanya ini atas ulah Chae Won. Entah apa yang dibicarakan gadis itu pada Soo Jung. Yang jelas Minho harus memberikan ‘pelajaran’ dulu pada gadis itu.

“Itu bukannya gadis yang sedang kau cari dan hyung-mu, Minho-ya?” Jinwoon menunjuk ke arah depan gerbang yang dilihat mereka lewat jendela kaca di lantai dua.

“Memang ada urusan apa gadis itu dengan Siwon hyung?” Tanya Junmyeon –heran.

Minho bertambah geram. Sekarang pasti banyak orang bertanya-tanya hubungan gadis itu dengan keluarganya. Lalu kenapa Siwon –kakaknya- mengantar gadis itu ke kampus? Dengan setengah berlari, Minho meninggalkan kedua temannya dan menuju tempat parkir di mana Chae Won diturunkan oleh Siwon.

Hyung!”

Suara Minho menahan Siwon untuk menjalankan mobilnya. Dia kembali membuka lebar-lebar jendela kaca mobilnya untuk bisa berbicara dengan sang adik.

“Minho-ya? Ada apa? Sudah pulang? Mau diantar?”

Hyung kenapa mengantar dia?” Tunjuk Minho kesal ke arah Chae Won.

Siwon tersenyum dan melirik Minho juga Chae Won bergantian. Dia kemudian teringat sesuatu. Kata-kata sang ibu mengenai Minho yang menyukai Chae Won.

“Maaf, aku mencuri start-mu. Tapi kurasa mulai sekarang kita bisa bersaing secara sehat, adikku. Sampai jumpa lagi dan… tolong jaga Chae Won ku yang manis ini selama di kampus. Jangan sampai ada yang melukainya! Oke! Bye!”

Siwon segera menutup jendela kaca mobilnya dan mulai menjalankan mobilnya. Meninggalkan area parkiran juga kampus Minho.

“Melukai? Sepertinya adiknya sendiri yang harus-nya diwaspadai.” Gumam Chae Won yang terdengar oleh Minho.

“Kau menyindirku hah?”

“Kau merasa?”

“Ah ya… Aku punya urusan denganmu.”

“Aku tidak.”

Minho geram bukan main. Chae Won yang melengos pergi tentu saja dihadang olehnya. Dia tak kan membiarkan gadis itu lari sebelum masalahnya tuntas. Terutama masalah tentang Soo Jung yang menjauhinya –bahkan memekik padanya. Ini bukan masalah dia patah hati karena gagal mendekati Soo Jung. Tapi lebih kepada harga dirinya lah yang terinjak-injak oleh Soo Jung. Gadis itu mempermalukannya di muka umum. Memarahinya juga menolak-nya terang-terangan. Mengesalkan? Tentu saja.

“Baik-baik. Tidak bicara di sini kan?” Tanya Chae Won yang menuruti keinginan Minho untuk bicara dengannya.

Minho membawa Chae Won ke sebuah kelas kosong di lantai 2 gedung kampus untuk departemen bisnis. Beruntung mereka menemukan sebuah kelas yang belum ada satu orang pun di sana. Dengan gerakan cepat Minho menarik Chae Won ke dalam dan menutupnya rapat-rapat.

“Jelaskan padaku apa yang kau katakan pada Soo Jung!”

“Aku bahkan belum bertemu dengannya hari ini.”

“Bukan hari ini tapi hari-hari sebelumnya. Apa yang kau katakan pada Soo Jung tentangku hingga dia menjauhiku hah?”

Chae Won memikirkannya sejenak. Perkataannya selama ini pada Soo Jung hanya agar Soo Jung lebih membuka mata hati-nya jika Minho bukanlah pria baik-baik seperti yang dikiranya. Tapi Soo Jung juga tak peduli akan hal itu dan tetap mendekati Minho. Jadi ada apa sebenarnya? Dia pun tak mengerti.

Yak! Jangan hanya diam saja!” Pekik Minho sebal.

“Aku juga tidak tahu kata-kataku yang mana yang berhasil membuat dia menjauhimu. Setahuku, dia tak menggubrisnya sama sekali dan tetap mendekatimu.” Jelas Chae Won.

“Jadi kau benar-benar menyuruhnya menjauhiku?”

‘BRAK!’

Minho menggebrak meja di dekatnya dengan kencang dan membuat Chae Won terkejut. Pria itu nampaknya benar-benar marah. Dan kenyataan bahwa mereka hanya berdua di dalam ruangan kosong membuat Chae Won semakin takut.

“JAWAB AKU!”

“I –iya.”

“Apa hak-mu hah? Aku menyukainya dan dia menyukaiku. Kenapa kau menyuruhnya menjauhiku? Apa urusanmu?”

Chae Won menengguk salivanya juga mengatur nafasnya yang mulai tak beraturan. Jika tak menjawab, Minho pasti akan kembali menggebrak meja atau mungkin melakukan hal lain yang lebih berbahaya. Tapi jika menjawabnya…. apa Minho akan melepaskannya?

“Dia sahabatku. Satu-satunya sahabat perempuan yang kumiliki. Aku menyayanginya. Aku hanya ingin dia aman. Karena kau terlalu berbahaya. Aku tak mau Soo Jung disakiti dan dicampakkan olehmu. Mungkin tidak sekarang tapi suatu saat nanti. Aku hanya ingin dia bahagia. Dan itu bukan denganmu.” Jelas Chae Won sambil menundukkan kepalanya.

“Sahabat? Cih… Bukankah kau hanya memanfaatkannya? Dia kaya, bukan? Selama ini kau berada di dekatnya untuk mendapat kemudahan.”

“Kemudahan macam apa yang kau pikirkan?” Chae Won mendongak. Ucapan Minho semakin tak jelas –baginya. “Aku berusaha keras sendiri dengan hidupku. Jika aku memanfaatkannya, lebih baik aku minta dia setiap bulan memberikanku uang dibanding repot-repot bekerja. Menjajaniku barang mahal seperti yang dimilikinya. Tapi itu tak terjadi. Kau bisa tanyakan padanya. Atau kau bisa caritahu lewat Leeteuk-ssi apakah dia melihat barang-barang mahal di rumahku?”

Minho terdiam. Dia mendelik tajam ke arah Chae Won namun tak ada kata-kata lagi yang dapat digunakan untuk menanggapinya. Tapi bukan berarti amarahnya sudah hilang begitu saja. Dia tetap kesal dan semakin membenci sosok gadis di hadapannya.

“KAU….”

Minho menghampiri Chae Won. Semakin mendekat ke arahnya tanpa bisa Chae Won cegah. Dia terlalu terkejut hingga tak dapat berkutik.

“…JANGAN PERNAH MENGHALANGI KEINGINANKU!” Ucap Minho dengan penuh penekanan.

‘BRAK!’

Untuk kali terakhir Minho memukul meja yang berada di dekat Chae Won dengan keras. Dia berbalik pergi meninggalkan Chae Won juga keluar dari ruangan.

Chae Won masih berada di tempatnya. Tengah bernafas lega karena telah lolos dengan selamat dari Minho. Dia melirik sekilas meja yang menjadi korban pukulan Minho. Ada bercak cairan merah kental di sana. Hanya sedikit hingga tak begitu kentara. Namun, Chae Won bisa melihatnya dengan jelas.

“Pasti sakit. Dasar bodoh.” Gumam Chae Won sambil berdecak heran.

**

Siwon telah kembali ke kantornya usai mengantar Chae Won. Sepanjang perjalanan, dia pun tengah memikirkan apa yang telah terjadi antara dia, Chae Won, juga Minho –sang adik. Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Apakah sang adik menyukai Chae Won? Apakah dia harus terus mendekati Chae Won seperti keinginan sang ayah? Namun, hal yang lebih penting adalah bagaimana perasaan Chae Won sebenarnya?

“Hah… kenapa ini jadi semakin rumit. Wasiat harabeoji juga kenapa harus membuat anak-cucu-nya kesulitan begini? Apa dia tak berpikir kalau kami tidak bisa mencintai satu sama lain hanya akan membuat semuanya menderita nanti?” Gerutu Siwon kesal.

Entah harus bagaimana lagi sekarang. Jika tak menuruti sang ayah, kemungkinan ayahnya akan marah dan membuatnya tercoret dalam daftar keluarga. Lagipula seperti kata sang ayah, Minho tipe pria yang labil. Dia juga pemain wanita alias playboy. Bisa saja dia sekarang menyukai Chae Won tapi besok? Belum tentu.

Pada akhirnya, Siwon memang harus melakukan semuanya sendiri.

“Aku harap Hera tidak keberatan memiliki ibu baru.” Gumam-nya lagi.

**

“Kau baik-baik saja, Wonnie-ya?” Tanya Soo Jung setelah melihat Chae Won dari kelas kosong.

Dia juga sebelumnya melihat sosok Minho keluar dari sana dengan wajah kesal sambil mengepalkan tangannya yang memerah. Tapi Soo Jung bersembunyi, tak mau lagi bertemu dengan sosok Minho.

“Ya, hanya sedikit shock. Kau melihatnya?”

“Minho sunbae?” Chae Won mengangguk. “Iya. Dia keluar dengan wajah super seram sambil memegangi satu tangannya yang mengepal. Dan kulihat di sana tangannya agak memar. Dia tidak memukul-mu kan?”

“Untungnya tidak. Dia hanya memukul meja.”

“Syukurlah.” Ucap Soo Jung bernafas lega. “Ini salahku. Kau pasti dikira mencuci otakku. Padahal bukan karenamu.”

Chae Won tersenyum kecil dan menepuk bahu Soo Jung. Bukan masalah Soo Jung tahu dari mana kebusukkan Minho. Bagi-nya yang terpenting adalah Soo Jung sudah terbuka pemikirannya.

“Bukan masalah. Yang penting kau sudah sembuh akhirnya. Hahaha… Aku jadi lapar, makan mandu sepertinya enak, bagaimana kalau kau menraktirku?”

“Apapun yang kau inginkan! Bahkan satu kantin kau pesan pun aku bersedia membayar.”

“Lebih baik kau bayari aku makan selama sebulan, Jungie.”

Call! Apapun untuk teman terbaikku.”

Keduanya tampak sumringah berjalan beriringan menuju kantin. Seolah mereka baru saja menyelesaikan permasalahan tersulit antar mereka. Keduanya juga bersyukur pertemanan mereka tak hancur karena ulah seorang oknum –Minho. Walaupun Soo Jung yang lebih merasa beruntung karena dia hampir saja menjauhi Chae Won karena hasutan Minho.

Tapi berbeda dengan Soo Jung dan Chae Won, keadaan Minho justru berbanding terbalik dengannya. Tak ada segaris senyuman pun di wajah tampannya. Hanya ada rengutan juga ekspresi marah-nya terpatri. Minho tetap tak bisa membuat semuanya kembali seperti semula. Soo Jung dapat dipastikan akan terus menjauhinya. Dan bukan Choi Minho namanya kalau meminta belas kasihan dari seorang gadis. Apalagi itu gadis yang menjadi targetnya.

“Minho-ya! Kenapa dengan dengan tanganmu hah?” Tanya Suho khawatir.

“Tidak apa-apa.”

“Tidak apa-apa bagaimana. Ke klinik sana! Yang luka tangan kanan, Ho-ya, nanti kau tidak bisa berbuat apa-apa.” Ucap Jinwoon ikut khawatir.

“Sudahlah…” Sahut Minho malas.

Dia melengos pergi dari hadapan Jinwoon juga Suho dan tak mengindahkan perhatian kedua sahabat-nya itu. Bukannya menuju kelas lanjutannya, Minho justru menuju area parkiran. Sepertinya dia ingin bolos.

**

Chae Won masih berada di kampus saat malam tiba. Bersama beberapa orang tersisa yang memang mengambil kelas malam. Entah karena mengulang atau karena tak dapat kelas pagi. Bagi Chae Won, kasusnya berbeda. Dia harus menerima mendapatkan kelas malam karena beasiswa yang diterima-nya. Beberapa mata kuliah wajib yang diajar oleh dosen populer, biasanya akan habis diburu. Chae Won hanya akan dapat sisa saja dan kebanyakan kelas sisa ada di malam hari. Tapi Soo Jung tentu saja tak pernah dapat kelas malam. Alhasil, Chae Won hanya sendiri ketika dia harus mengambil kelas malam.

“Akhirnya selesai juga. Dosen killer plus ngebosenin kayak gitu kok masih dipekerjakan ya?”

Chae Won melirik teman se-kelas-nya yang mengeluh tentang kinerja dosen yang mengajar mereka barusan.

“Dia kan sesepuh di sini. Tidak tahu ya? Kurasa sejak pertama kali kampus ini di dirikan, ayahnya sudah bekerja di sini. Turun temurun kalau tidak salah.” Sahut Chae Won menjelaskan.

“Benarkah? Kau tahu darimana?”

“Aku sering keluar masuk ruangan dosen itu. Di sana ada foto-foto ayahnya juga piagam yang didapat sang ayah. Kadang dia curhat mengenai ayah-nya juga betapa dia sangat mengagumi sang ayah dan ingin seperti beliau. Tapi kurasa kinerja-nya memang berbeda dengan ayahnya. Walaupun sesepuh, dia harus terima saat harus mengajar kelas malam.”

“Tuh kan. Benar. Huh… aku berharap semester depan tidak bertemu dia lagi.”

Chae Won tersenyum kecil. Berbalik dengan kelas pagi-nya. Dia justru lebih senang di kelas malam. Mereka tampak tak peduli gossip-gossip dan lebih fokus belajar. Mereka berharap supaya tidak berada di kelas malam lagi nanti-nya jadi mereka lebih serius.

“Oh, bukankah itu Minho sunbae yang populer itu? Apa dia ada kelas malam juga?”

Chae Won membulatkan matanya saat melihat sosok pria yang siang tadi bermasalah dengannya. Ada apa gerangan pria itu ke kampus se-larut ini? Rasanya tidak mungkin jika dia punya kelas malam.

“Tidak mungkin ah. C&C Corp kan punya saham di sini, untuk masalah jadwal dia pasti terjamin.” Jelas teman kelas Chae Won yang lain.

Namun, Chae Won tak dapat menimpali pembicaraan gadis-gadis itu yang sekarang tengah membicarakan betapa tampannya sosok Minho itu. Dan mereka akhirnya bisa melihat Minho lebih dekat sekarang. Rupanya mereka juga sosok yang mengagumi seorang Choi Minho.

“Chae Won-ah!” Panggil Minho saat Chae Won dan kedua teman kelasnya baru keluar dari pintu utama kampus.

Minho pun menghampiri gadis itu yang sudah meneguk saliva-nya karena khawatir pria itu akan melakukan sesuatu lagi padanya.

“Akhirnya kau keluar juga. Aku sudah menunggu-mu sejak tadi.” Ucap Minho dengan ramahnya.

“U… uhm… me… memangnya kenapa?”

“Kenapa tanya begitu sih?” Minho mendekati Chae Won dan merangkul bahu Chae Won agar menghimpit ke arahnya. “Tentu saja menjemputmu, sayang.”

Kedua mata Chae Won melebar. Dia menoleh kearah Minho yang sudah tersenyum miring ke arahnya. Sepertinya Choi Minho tengah merencanakan sesuatu terhadapnya.

“Chae Won-ah… kau dan sunbae…”

“…pacaran?”

“TIDAK!” “IYA!”

Keduanya menyahut bersamaan namun dengan jawaban yang berbeda. Tentu saja Chae Won tak suka jika dianggap pacar Minho. Bisa-bisa hidupnya semakin kacau karena para penggemar anarkis Minho.

“Apa aku baru saja ditolak? Padahal kita sudah dekat selama ini. Ah… atau karena aku belum menembakmu secara resmi? Bagaimana kalau sekarang saja di depan teman-temanmu agar mereka jadi saksi.”

Minho melepas rangkulan di bahunya. Dia kemudian berlutut di hadapan Chae Won. Lalu mengeluarkan sesuatu dari saku-nya. Sebuah cincin berwarna perak polos yang ada di dalam sebuah kotak kecil berwarna hitam.

“Cho Chae Won, maukah kau menjadi kekasihku?” Tanya-nya dengan wajah yang menyatakan ketulusan.

Chae Won terpaku. Menatap cincin itu dengan wajah bingung. Apa maksud sebenarnya dari Minho berbuat begini? Di depan teman-temannya pula. Tetap tak bergeming, Chae Won disenggol oleh temannya. Mereka menyuruh Chae Won menerimanya. Mengambil cincin itu dan menjadikan Minho kekasihnya. Harusnya Chae Won senang karena Minho menembaknya. Itu adalah hal yang diinginkan semua gadis di kampus, termasuk kedua temannya itu.

Chae Won menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.

“Aku akan jawab nanti. Tidak di depan teman-temanku.” Ucap Chae Won yang langsung menyuruh Minho untuk berdiri kembali. “Ayo pulang!”

Chae Won berpamitan dengan kedua temannya yang tampak sangat antusias dengan pemandangan barusan. Kisah di mana teman sekelas mereka ditembak oleh Choi Minho, si tampan nan populer seantero kampus.

Sayangnya, kenyataan tak se-indah itu. Melainkan jauh lebih rumit dan buruk dari yang mereka pikirkan.

**

Minho membawa Chae Won bersamanya. Membiarkan gadis itu duduk di sampingnya yang tengah mengemudi di jalanan gelap yang hanya diterangi lampu jalan. Tak ada pembicaraan selama beberapa menit sejak Chae Won masuk ke dalam mobil-nya. Hingga Chae Won membuka pembicaraan atau mungkin lebih cocok disebut memulai peperangan.

“Apa maksudmu dengan ‘menembak’-ku tadi? Menjadi kekasih? Cih… aku yakin itu tak benar.”

“Tidak benar bagaimana maksudmu?” Minho mendengus. “Aku melakukannya dengan benar. Menyatakan perasaanku dan meminta kau jadi kekasihku bahkan menggunakan sebuah cincin. Apa yang tidak benar coba?”

“Semua-nya. Kau pikir aku bodoh? Kau memiliki maksud tertentu kan?”

“Oh ya, tentu saja. Kau kan bukan tipeku. Mana mungkin aku menyukaimu. Aku harap kau tak terlalu PD akan hal itu.” Sahut Minho santai.

Chae Won yang mendengarnya semakin geram. Tapi dia mencoba untuk menahannya karena belum mendapatkan jawaban yang seutuhnya.

“Lalu? Apa maksudmu? Balas dendam karena ditolak temanku?”

“Aku tak tertarik lagi dengan temanmu. Dia sebenarnya sama saja. Hanya karena kau mempengaruhinya dia sok jual mahal dan menghinaku. Maka dari itu…” Minho sedikit melirik Chae Won yang masih duduk di sampingnya sambil menatap-nya dengan sebuah delikan tajam menyelidik. “…aku ingin Jung Soo Jung merasa, kau menghasutnya untuk menjauhiku karena kau pun menyukaiku. Bagaimana? Menarik bukan?”

“Ya lumayan menarik juga.” Sahut Chae Won dengan tatapan tak tertarik lagi dengan Minho. “Asal kau tahu saja. Pertemanan kami tak se-dangkal yang kau bayangkan.”

“Baiklah. Tujuan kedua agar orangtuaku percaya aku menyukaimu lalu menunda adopsimu sampai akhirnya aku berhasil membuatmu keluar dari rumah.”

“Nah. Itu!” Chae Won tampak antusias. “Kalau begitu, kita bisa kerja sama. Bagaimana caranya agar aku bisa keluar dari rumahmu lebih cepat?”

Minho mendengus. Dia yakin gadis di sampingnya tengah bercanda atau mungkin berpura-pura saja. Bukankah hidup sebagai anggota keluarga-nya sangat menyenangkan? Kenapa dia ingin keluar dari keluarganya? Itu pasti kebohongan –pikirnya.

“Aku takkan memberitahumu rencana-nya karena kau pasti akan mengacaukannya.”

“Bilang saja belum dipikirkan.”

“A –aku sudah memikirkannya.”

“Bohong.”

“Bukan urusanmu! Huh…”

Chae Won terkekeh geli. Dari ucapan-ucapannya, Minho hanya seorang pria kekanakkan yang kekurangan perhatian. Selama ini mungkin dia menjadi sosok yang dipuja-puja, dimanja, dan semua perhatian tertuju padanya. Kehadirannya dalam keluarga juga kehidupan kampus, membuat sosok Minho kesal. Dirinya mengabaikan Minho tak pernah memuja-mujanya atau menuruti keinginannya. Dia juga tak takut pada pria itu. Ditambah sekarang orangtua juga kakak Minho lebih memperhatikannya. Mungkin itu lah yang membuat minho kesal bukan main padanya.

“Kenapa tertawa? Ada yang lucu?”

“Tidak. Hanya… ya, kau berpikiran se-dangkal itu. Tak kusangka.”

“Aku tahu aku tahu. Kau itu kan jenius. Ya-ya-ya… whatever. Yang jelas aku akan menjalankan rencanaku sampai kau benar-benar menghilang dari kehidupanku.”

“Terserah saja tapi…” Chae Won melirik tangan kanan Minho. Sepertinya luka akibat memukul meja masih belum diobati. “…tanganmu belum diobati?”

“Menurutmu? Apa aku punya waktu, hah?”

Chae Won terdiam. Tak ada lagi yang perlu dibahas karena itu akan membuat mereka bertengkar kembali. Sebaiknya dia diam saja dan tak membuat Minho menurunkannya di tengah jalan. Itu saja.

**

Jam 7 malam tepat saat Minho dan Chae Won sampai ke rumah. Bersamaan dengan mereka rupanya Siwon pun baru saja pulang. Ketiganya berpapasan di depan pintu utama setelah menyuruh pelayan mereka memarkirkan mobil.

Oppa baru pulang?” Sapa Chae Won begitu melihat Siwon.

Wajahnya berubah sumringah. Tak sama setiap kali dia bersama dengan Minho. Itu yang Minho lihat.

“Ya, kalian juga? Makan malam di luar?”

“Tidak oppa. Kami bahkan belum makan. Aku baru selesai kelas malam. Dan…” Chae Won melirik Minho sejenak. “…aku bertemu dengannya saat di halte. Jadi dia mengajakku pulang bersama.”

“Begitu rupanya. Kupikir kalian sudah kencan. Hampir aku keduluan. Hahaha… Ayo masuk, kurasa eomma sudah menyiapkan makan malam lezat.”

Chae Won mengangguk dan berjalan mendahului Minho. Dia berjalan beriringan dengan Siwon tanpa mempedulikan Minho yang menatap curiga ke arahnya.

“Apa dia benar-benar menyukai Siwon hyung?” Gumam Minho curiga.

Lantas Minho menyusul mereka untuk masuk ke rumah. Menuju ke meja makan tempat ibu-nya berada. Sang ibu memang tengah menanti kepulangan putra-putrinya juga sang suami jika memang tak sedang lembur.

**

Minho sampai di kamarnya. Dengan tubuh lelah karena setelah bolos tadi, dia pergi berjalan-jalan ke sana kemari tak tentu arah. Sampai akhirnya dia ke kampusnya lagi setelah tahu Chae Won berada di kampus dan bukan kembali bekerja. Ya, Minho mengunjungi café-nya dan bertanya keberadaan Chae Won sebelum akhirnya dia ke kampus gadis itu. Dia pun, merencanakan hal ‘penembakkan’ tadi.

Tok… Tok… Tok…

Pintu kamar Minho diketuk seseorang.

“Siapa?”

“Aku.”

“Mau apa kau?” tanya Minho kasar karena yang dia dengar adalah suara Chae Won.

“Boleh masuk?”

“Mau apa?”

“Tidak membunuhmu kok. Hanya ingin berkompromi.”

“Masuklah.”

Chae Won membuka knop pintu kamar Minho setelah mendapat ijin si empunya kamar. Pria itu sedang duduk di pinggir tempat tidur dengan wajah yang nampak lelah.

“Masih sakit?” Tanya Chae Won menunjuk pada tangan Minho yang bengkak.

Di tangan Chae Won terdapat sebuah kain berisi es. Dia sengaja membawanya untuk mengobati tangan Minho sebagai permintaan maaf-nya.

“Ulurkan tanganmu!” Perintah Chae Won.

“Mau apa?”

“Ulurkan saja!”

“Jangan sok-sok an mengobatiku!”

“Ish…” Dengan kesal, Chae Won menarik paksa tangan Minho agar diobati olehnya. “Maafkan aku karena membuatmu kesal. Sebenarnya aku tak tahu kenapa Soo Jung bisa menolakmu. Yang jelas sebelumnya dia tetap menyukaimu meski aku katakan kau playboy dan pria jahat.”

“YAK!”

“Tapi itu benar kan?”

“Hmm… ya… maksudku pelan-pelan mengompresnya. Sakit tahu!”

“Oh… maaf.” Sahut Chae Won pelan dan mulai kembali mengobati luka Minho. “Kita bisa berdamai kan? Maksudku… aku lelah dengan semua kebencianmu dan perbuatanmu padaku. Juga dengan penggemarmu yang menyebalkan dan terus membully-ku atau semua kata-kata jahat-mu. Aku janji aku akan keluar dari tempat ini. Kita bisa kerja sama akan hal itu. Aku benar-benar ingin keluar dari sini. Aku merasa tak pantas berada di tengah keluargamu.” Jelas Chae Won.

“Kau sungguhan?” Tanya Minho dengan wajah bertanya-tanya. Masih tak yakin jika Chae Won benar-benar tak ingin menjadi keluarganya.

“Tentu saja. Ini beban untukku asal kau tahu. Sulit rasanya menyembunyikan diri dari orang-orang di sekitarku. Aku tinggal di mana? Bersama siapa? Suatu hari semua-nya akan terungkap juga. Apalagi jika ada media yang tahu. Dan itu akan menjadi beban untuk keluargamu juga. Aku tak ingin hal itu terjadi.”

Chae Won menghela nafasnya berat. Sejak awal dia memang tak tertarik dengan tinggal menjadi keluarga Choi. Hidup seorang diri sudah cukup untuknya. Dia merasa bebas dan bahagia.

“Baiklah. Kalau begitu….”

‘Grep’

Minho menjatuhkan tubuh Chae Won ke atas tempat tidur dan menindihnya. Memegangi kedua tangan Chae Won agar gadis itu tak dapat berontak. Kedua matanya berkilat dengan sebuah seringaian di bibir.

“…cukup ikuti keinginanku.”

**To Be Continued**

The Heiress Ep. 06

Cast : Cho Chae Won I Choi Minho I Choi Siwon I Kris Wu

Other Cast : Kang Minhyuk I Jung Soojung

Genre : Romance

Length : Chaptered

Poster & Storyline : Rosaliaaocha

**

“Aku tak pernah memilih untuk menjadi siapa tapi aku memilih akan menjadi siapa.”

**

Baca lebih lanjut

The Heiress Ep. 05

Cast : Cho Chae Won I Choi Minho I Choi Siwon I Kris Wu

Other Cast : Kang Minhyuk I Jung Soojung

Genre : Romance

Length : Chaptered

Poster & Storyline : Rosaliaaocha

**

“Aku tak pernah memilih untuk menjadi siapa tapi aku memilih akan menjadi siapa.”

**

Baca lebih lanjut

The Heiress Ep. 04

Cast : Cho Chae Won I Choi Minho I Choi Siwon I Kris Wu

Other Cast : Kang Minhyuk I Jung Soojung

Genre : Romance

Length : Chaptered

Poster & Storyline : Rosaliaaocha

**

“Aku tak pernah memilih untuk menjadi siapa tapi aku memilih akan menjadi siapa.”

**

Baca lebih lanjut

The Heiress Ep. 03

Cast : Cho Chae Won I Choi Minho I Choi Siwon I Kris Wu

Other Cast : Kang Minhyuk I Jung Soojung

Genre : Romance

Length : Chaptered

Poster & Storyline : Rosaliaaocha

**

“Aku tak pernah memilih untuk menjadi siapa tapi aku memilih akan menjadi siapa.”

**

Baca lebih lanjut

The Heiress Ep. 02

Cast : Cho Chae Won I Choi Minho I Choi Siwon I Kris Wu

Other Cast : Kang Minhyuk I Jung Soojung

Genre : Romance

Length : Chaptered

Poster & Storyline : Rosaliaaocha

**

“Aku tak pernah memilih untuk menjadi siapa tapi aku memilih akan menjadi siapa.”

**

Baca lebih lanjut

The Heiress Ep. 01

Cast : Cho Chae Won I Choi Minho I Choi Siwon I Kris Wu

Other Cast : Kang Minhyuk I Jung Soojung

Genre : Romance

Length : Chaptered

Poster & Storyline : Rosaliaaocha

**

“Aku tak pernah memilih untuk menjadi siapa tapi aku memilih akan menjadi siapa.”

**

Baca lebih lanjut

Behind The Era Final Episode

behind-the-era-copy

Cast :

Cho Chae Won as Putri Chae or Cho Chae Won

I Choi Minho as Choi Minho

I Lee Jun Ki as Pangeran Jun

I Song Joong Ki as Pangeran Joong

Other Cast : Song Jae Rim as Pengawal Putri Cho I Kim So Eun as Putri So I Kwon Yu Ri as Putri Yu I

Genre : Romance, Joseon Era

Length : Chaptered

Poster & Storyline : Rosaliaaocha

**

“Your Existence is A Miracle ”

**

Ep. 14 : A Happy Ending with You

**

Baca lebih lanjut

Behind The Era Ep. 13

behind-the-era-copy

Cast :

Cho Chae Won as Putri Chae or Cho Chae Won

I Choi Minho as Choi Minho

I Lee Jun Ki as Pangeran Jun

I Song Joong Ki as Pangeran Joong

Other Cast : Song Jae Rim as Pengawal Putri Cho I Kim So Eun as Putri So I Kwon Yu Ri as Putri Yu I

Genre : Romance, Joseon Era

Length : Chaptered

Poster & Storyline : Rosaliaaocha

**

“Your Existence is A Miracle ”

**

Ep. 13 : Back To The Future

**

Baca lebih lanjut