Behind The Era Final Episode

behind-the-era-copy

Cast :

Cho Chae Won as Putri Chae or Cho Chae Won

I Choi Minho as Choi Minho

I Lee Jun Ki as Pangeran Jun

I Song Joong Ki as Pangeran Joong

Other Cast : Song Jae Rim as Pengawal Putri Cho I Kim So Eun as Putri So I Kwon Yu Ri as Putri Yu I

Genre : Romance, Joseon Era

Length : Chaptered

Poster & Storyline : Rosaliaaocha

**

“Your Existence is A Miracle ”

**

Ep. 14 : A Happy Ending with You

**

Chae Won mengerjapkan matanya berkali-kali. Suara-suara di sekitarnya yang begitu banyak, membuatnya tak dapat mendengar dengan jelas siapa gerangan yang memanggilnya.

Namun, dia sadar satu hal.

Dia tak lagi berada di dunia-nya. Tapi kembali ke dalam mimpinya.

“Putri, kau baik-baik saja?”

Suara Jae Rim yang khawatir menjadi suara pertama yang dia dengar dengan baik. Lelaki bertubuh jangkung itu tampak memangku tubuh-nya. Sementara tangannya menepuk-nepuk pipinya.

Ne… aku… baik-baik saja.” Ucapnya lemah.

Jae Rim mendesah lega. Melihat Sang Putri kembali tersadar membuat kekhawatirannya berangsur-angsur berkurang.

“A… apa yang terjadi?”

Jae Rim mengerutkan dahinya. Dia melirik ke kanan dan ke kiri seolah mencari bantuan. Namun tak ada yang bersuara. Orang-orang di sekelilingnya adalah para pengawal dan rakyat yang melihat pengumuman di kerajaan pagi ini. Tak ada yang juga bersedia memberi jawaban karena takut mengatakan hal yang salah.

“Aku akan membawamu ke ruanganmu dulu. Jika sudah membaik kau akan kuberitahu.”

“Tunggu… ini… di mana persidangan itu kan? Appa… maksudku raja… dia akan memutuskan hal yang terjadi kan. Iya kan?”

Chae Won menyadari suasananya. Suasana kali terakhir dia berada di sini dan kemudian kembali ke dunia-nya. Masih sama. Sepertinya waktu tak berubah banyak.

“Benar, Putri. Tapi kau sebaiknya istirahat. Semuanya akan baik-baik saja.”

“Minho… di mana dia… di mana Minho, Jae Rim-ah???”

Jae Rim hanya mengatupkan bibirnya. Tak berani memberikan kepastian pada sang putri tentang keberadaan pria yang dimaksud. Namun, perubahan wajah sendu Jae Rim justru membuat Chae Won gelisah. Mungkinkah telah terjadi sesuatu pada pria itu?

Chae Won segera bangkit. Dia tak lagi berbaring dalam pangkuan Jae Rim. Dia menerobos kerumunan yang mengkhawatirkannya. Mencari keberadaan di mana Minho berada.

“Minho… Minho… Minho di mana… Minho!”

Seluruh bagian lapangan besar itu menjadi tempat Chae Won berlarian. Dia mencari keberadaan lelaki yang dia teriakkan namanya. Namun, tak ada siapapun di sana. Tak ada lagi para pengawal yang akan mengeksekusi. Juga keberadaan raja atau pejabat tinggi kerajaan Doryeo.

“Putri!” Jae Rim menghampiri Chae Won. Dia menahan gadis itu untuk terus berlarian ke sana kemari. Dia baru saja sadar dari pingsannya. Kondisi tubuhnya masih sangat mengkhawatirkan. “Putri hentikan! Aku akan membawamu pada Minho.”

Chae Won akhirnya berhenti. Dia harap Jae Rim benar-benar membawanya menemui Minho. Bukan membohonginya lalu membawanya ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Dia benar-benar ingin tahu tentang pria yang begitu dicintainya itu.

“Dia sedang diobati tabib istana. Jika aku memperlihatkanmu, kau akan jatuh pingsan lagi. Maka dari itu aku tak bisa langsung memberitahumu.” Ucap Jae Rim saat keduanya sampai di depan pintu sebuah kamar.

Jae Rim mengatakan jika di dalam sana, Minho tengah berbaring setelah diobati oleh tabib istana akibat luka yang dia terima.

“Tadi saat Raja memberikan hukuman untuknya, kau menghadangnya. Memohon pada Raja untuk tak memberikan hukuman. Namun raja tetap melakukannya. Kau mencoba menghalangi para pengawal yang menghukumnya. Kau juga terkena cambukkan itu sekali dan terhempas ke tanah hingga jatuh pingsan.” Jelas Jae Rim mengengai kronologis apa yang terjadi. “Sekarang sebaiknya Putri istirahat. Nanti malam, Raja ingin bicara denganmu lagi.”

Chae Won tak bisa masuk ke dalam ruangan karena tak mau mengganggu Minho yang tengah beristirahat. Dia hanya bisa meratapi pintu kamar yang tertutup rapat untuknya.

“Terima kasih Jae Rim-ah…”

**

Beberapa saat yang lalu

“Yang Mulia, aku… aku ingin Jae Rim bebas. Dan ijinkan aku dihukum bersama Minho. Aku juga bersalah atas masalah kemarin.” Ucap Chae Won dan berlutut di hadapan Sang Raja.

“PUTRI!” “CHAE WON!” Pekik Jae Rim dan Minho bersamaan. Terkejut dengan pernyataan Chae Won.

“Jadi, itu yang kau inginkan?” Chae Won mengangguk yakin. “Lakukan apa yang dia inginkan! Lepaskan Jae Rim dan ikat Putri Chae Won!”

Semua mata terkejut bukan main. Tak menyangka Sang Raja akan menyetujui begitu saja keinginan Sang Putri. Dan seperti yang diperintahkan, Chae Won diikat disisi Minho juga berada dalam posisi berlutut ke hadapan Raja.

“Apa yang kau lakukan hah? Kau sudah gila? Kau bodoh?” Pekik Minho kesal saat Chae Won berada di sisinya.

“Lalu apa aku harus membiarkan Jae Rim yang tak bersalah mendapat hukuman? Atau membiarkanmu dihukum sendiri? Aku juga bersalah jadi biarkan seperti ini.”

“Kau takkan kuat mendapatkan hukuman itu.”

“Aku akan menerimanya.”

“Putri!”

Chae Won menoleh pada Minho dan tersenyum padanya. Seolah mengatakan jika dia akan baik-baik saja. Meski jauh di dalam hatinya, dia pun sangat takut.

“Jika begitu, hukum aku dua kali lipat. Aku pantas menggantikan Putri.” Ucap Minho lantang.

“Minho! Jangan bodoh! Kau bisa mati!”

“Lalu? Apa aku sanggup melihatmu dihukum seperti itu?”

“Baiklah jika itu maumu.” Ucap Sang Raja dingin.

Dia membatalkan hukuman Chae Won. Tentu saja dia tak ingin menghukum putrinya sendiri. Dan pernyataan Minho seolah menolongnya. Lantas dia memerintahkan algojo untuk menyiapkan hukumannya. Sebuah cambuk panjang yang akan dilayangkan pada punggung Minho. Pria itu sudah dalam posisinya membelakangi sang algojo.

“Andwe… Andwe…” Gumam Chae Won masih tak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya. Hukum cambuk yang menyakitkan yang akan diterima Minho. Ditambah sejak kemarin, lelaki itu tak mendapat makan dan minum yang layak di penjara bawah tanahnya. “ANDWEEE!!!”

Chae Won berlari. Sebelum cambukkan mendarat di tubuh Minho, Chae Won menghadangnya. Dia memeluk punggung Minho. Hingga dia lah yang menerima cambukkan pertama dari si algojo.

“PUTRI!”

“CHAE WON!”

Tak hanya Minho dan Jae Rim yang berteriak. Sang Raja pun ikut berteriak saat putrinya terkena cambukkan itu. Namun, karena begitu keras, cambukkan pertama itu mampu menghempaskan tubuh Chae Won ke tanah dan terlepas dari Minho.

‘BRUK!’

Suasana di lapangan riuh saat melihat Sang Putri tiba-tiba terjatuh pingsan. Minho, yang berada di sisinya yang paling terkejut. Dia melepas paksa ikatan kuat di tangannya hingga kedua pergelangannya terluka. Dia segera menghampiri Sang Putri untuk memeriksa keadaannya. Begitu juga dengan Sang Raja yang terkejut dengan keadaan putrinya. Dia segera berlari ke tengah lapangan dan menghampiri Chae Won.

“PUTRI! PUTRI! BANGUN!!!!”

Jae Rim ikut berlari ke sisi Sang Raja. Dia ikut khawatir dan menyesal dengan keadaan Sang Putri. Hanya Minho yang tak bisa menghampirinya karena kaki dan tangannya terikat. Tapi kedua matanya sudah memerah dan air mata akan segera mengucur deras dari kedua mata bulatnya.

“Yang Mulia, ijinkan aku yang merawat Putri. Anda bisa meneruskan pengumuman yang terjadi. Aku yakin Putri akan baik-baik saja.” Ucap Jae Rim.

“Aku serahkan Chae Won padamu.” Ucap Sang Raja sebelum akhirnya kembali pada posisinya.

Sang Raja kembali pada singgasana. Dia juga melanjutkan hukuman yang harus diterima Minho. Bagaimana pun hukuman harus tetap ditegakkan tak peduli apapun alasannya.

“Seperti yang kukatakan sebelumnya. Hari ini aku akan melakukan dua penentuan. Aku akan mengumumkan jika…”

Sang Raja melihat kondisi Minho yang sudah melemah. Pria itu sudah pucat pasi dengan tubuhnya yang penuh luka karena cambuk. Dia tak tega sebenarnya, namun dia pun harus menunjukkan keadilan.

“…aku akan membatalkan pernikahan antara Kerajaan Cheonsa dan Doryeo.”

Pengumuman itu mengejutkan bagi semua pihak. Termasuk kedua Pangeran Doryeo yang harusnya bersiap untuk terpilih.

“Aku tidak bisa mengabaikan kebahagiaan Putriku. Dia berhak bahagia dengan pilihannya. Kalian semua bisa lihat sendiri bagaimana dia merelakan dirinya ikut dihukum dengan pria yang dia cintai. Apa jadinya jika dia harus menikah dengan pria yang sama sekali tak dicintainya kelak.” Jelas Sang Raja dengan desahan yang cukup panjang di akhir kalimatnya. Dia tak tahu reaksi apa yang akan diberikan rakyatnya jika mengetahui ini. “Dengan itu, aku pun mengangkat Minho sebagai penerusku. Calon Raja Cheonsa.”

Minho membelalak kaget. Dia melihat ke arah Sang Raja yang baru saja beranjak dari singgasananya. Dia masih tak percaya dengan apa yang dia dengar sepenuhnya.

**

Chae Won terbangun dari tidurnya yang cukup panjang. Lukanya sudah membaik, tubuhnya juga sudah cukup energi. Tapi begitu dia bangun, dia merasakan sebuah tangan menggenggam tangannya erat.

“Minho?”

Pria itu berada di sisinya. Duduk dengan senyuman di bibir memandanginya. Padahal wajahnya masih terlihat pucat karena luka yang dideritanya.

“Kenapa kau di sini?”

“Kau tidak senang aku di sini?”

“Bu… bukan. Hanya….”

“Aku baik-baik saja. Aku bukan pria lemah. Itu hanya 50 cambukkan. Bersyukur Yang Mulia tidak melanjutkannya menjadi dua kali lipat.” Sahut Minho. “Bagaimana kondisimu? Kudengar kau juga tidak makan dan minum saat aku di penjara. Makanya saat dicambuk tadi, kau langsung pingsan.”

“Aku memang terlalu lemah.” Ucap Chae Won. “Tapi yang harusnya banyak beristirahat adalah kau.”

“Tidak. Aku tidak bisa istirahat. Aku terlalu senang hingga tak bisa tidur.”

“Senang? Kenapa?”

“Kau… oh… kau lebih dulu pingsan tadi jadi tak mendengarnya.”

“Katakan padaku kalau begitu.”

“Hmm… bagaimana ya? Tidak seharusnya aku yang katakan.”

“Ayolah… Katakan apa yang terjadi. Kenapa kau begitu senang? Bagaimana dengan Raja? Apa yang dia katakan saat aku pingsan?”

“Sebentar lagi kita akan menemuinya. Sebaiknya kau bertanya langsung nanti. Jadi sekarang bersiap-lah.”

Chae Won mendesah kecewa. Kenapa Minho tak memberitahukannya saja. Dia bisa mati penasaran kalau begini. Tapi senyuman lebar di wajah lelaki itu cukup membuat Chae Won ikut senang. Artinya tak ada hal yang perlu dia khawatirkan.

**

Seperti yang dikatakan Jae Rim dan Minho, Sang Raja ingin menemui Chae Won dan Minho. Tak hanya untuk bicara pada mereka tapi juga pada Raja Doryeo juga kedua pangeran yang batal dijodohkan dengan Chae Won.

“Sekali lagi aku memohon maaf padamu atas keputusan yang telah kubuat pagi ini.”

Raja Cheonsa membungkukkan tubuhnya di hadapan Raja Doryeo. Dia benar-benar harus mengingkari janjinya demi kebahagiaan sang putri. Baginya itu hal yang pantas. Dia tak ingin putrinya menderita hanya karena keegoisannya sendiri.

“Aku juga memiliki putri. Jadi kurasa aku memahaminya. Aku memaafkanmu tapi tentu saja harus ada imbalan yang kudapatkan.”

“Tentu saja. Kerja sama kita akan berlangsung dengan baik ke depannya.”

Chae Won mengerutkan dahinya. Tak mengerti dengan percakapan antara kedua Raja itu. Dia melirik ke arah Minho yang masih tersenyum lebar. Namun, pria itu pun tak memberitahukan apapun padanya.

“Dan untuk kedua Pangeran pun, aku meminta maaf.” Ucap Sang Raja.

“Kami juga mengerti. Bahkan kami lebih memahami dibandingkan Anda, Yang Mulia. Aku menyaksikan sendiri bagaimana perasaan mereka satu sama lain. Jadi, tidak ada yang perlu disesalkan.” Ucap Jun Ki dengan raut wajah kecewanya.

“Walaupun aku tak mendapatkan Sang Putri, aku harap Yang Mulia tak keberatan jika aku mendekati Putri di Cheonsa.” Sahut Joong Ki bergurau.

“Tentu saja. Kau boleh berkunjung dan mengenal Putri-Putri Cheonsa yang lain.” Ucap Sang Raja.

Lantas Sang Raja menoleh pada Chae Won dan Minho. Dia tersenyum lebar namun kedua matanya menatap penuh haru.

“Seharusnya aku sudah melakukan ini sejak lama agar tak ada banyak air mata dan penyesalan.” Ucap Sang Raja. “Chae Won-ah, aku merestuimu dan Minho.”

“NE?”

Chae Won begitu terkejut mendengarnya. Dia menoleh pada Minho dan laki-laki itu hanya tersenyum lebar sambil mengangguk. Dia sudah tahu. Sepertinya hanya Chae Won yang tak tahu apa-apa di sini.

“Pernikahannya akan digelar secepatnya di Cheonsa. Dengan penuh hormat, aku mengundang kalian semua.” Ucap Sang Raja pada Raja Doryeo dan kedua Pangeran.

Sementara Chae Won masih terpaku. Dia terlalu terkejut hingga tak dapat berkata apa-apa.

**

Pagi hari tiba. Chae Won, Minho, dan orang-orang dari kerajaan Cheonsa bersiap untuk kembali ke kerajaan mereka. Termasuk Sang Raja. Mereka harus berpisah lagi dan entah kapan bisa bertemu kembali. Karena sekarang, tak ada perjodohan lagi di antara kedua kerajaan. Hanya ada hubungan kerja sama ekonomi di antara mereka.

“Raja, aku berharap kau mengijinkan Jae Rim, pengawal kami untuk berkencan dengan salah satu Putri Anda.” Ucap Chae Won memberanikan diri.

Jae Rim dan So Eun terkejut mendengarnya. Mereka tak menyangka Chae Won akan meminta hal tersebut.

“Aku tahu mereka tak ada dalam kasta yang sama. Tapi… mereka saling mencintai dan…”

“…aku akan mengangkat Jae Rim sebagai anakku juga.” Ucap Raja Cheonsa. “Dia pantas sebagai kakak laki-laki Chae Won. Menjaga dan melindunginya dengan baik. Jadi kurasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” Jelas-nya lagi dengan sebuah senyumannya ke arah Jae Rim.

“Yang Mulia… aku… aku tidak pantas mendapatkannya.”

“Jae Rim-ah, sudah sejak lama aku memperhatikanmu. Kau bekerja dengan baik melindungi putriku. Kau bahkan telah menganggapnya sebagai adikmu sendiri. Jadi cukup pantas rasanya jika kau menjadi anak angkat Raja. Dan aku juga akan meminta Raja Doryeo merestui hubunganmu dengan Putri So Eun.”

“Ya… ya… kurasa semuanya bahagia kecuali kami berdua.” Celetuk Joong Ki.

Chae Won merasa bersalah tiba-tiba. Tak enak hati dengan kedua pangeran yang menelan kekecewaan karena tak jadi calon Raja Cheonsa seperti yang mereka harapkan.

“Jangan pikirkan kata-kata Joong Ki, Putri Chae Won!” Ucap Jun Ki menepuk bahu Chae Won. “Aku berharap di kehidupanku selanjutnya, aku yang akan menemukanmu lebih dulu. Mengenalmu dan bisa bersamamu.” Ucap Jun Ki. “Sekalipun aku tak mengenalmu lebih dulu, aku akan terus mengikutimu dan membuatmu mencintaiku.”

“Tidak akan.” Ucap Minho tak terima. “Aku yang akan mengenalnya lebih dulu. Dan akan kupastikan hatinya hanya terpaut padaku. Bukan pada laki-laki manapun. Apapun yang terjadi, aku pasti akan mencintai Putri Chae Won kembali. Aku janji. Dan kami akan bersama selamanya.”

Minho menggenggam erat jemari Chae Won. Dia tak ingin mengulangi hal yang sama. Dia takkan menyakiti hati Sang Putri lagi dan hanya akan terus membuatnya bahagia.

“Sudahlah… sebaiknya kita segera kembali sebelum malam.” Ucap Sang Raja.

Merekapun berpamitan kepada kerajaan Doryeo untuk kembali ke kerajaan mereka.

**

Dalam perjalanan jauh menuju Cheonsa, Minho memilih untuk menunggangi kuda-nya sendiri bersama Chae Won. Dia tak ingin berada dalam iring-iringan raja karena tak nyaman. Meski awalnya menolak, tapi akhirnya raja menyetujuinya. Minho meyakinkan raja bahwa dia akan memastikan mereka kembali dengan selamat.

“Kita ke mana?”

“Danau terlarang.”

Chae Won membulatkan matanya. Apakah Minho…

“Jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku hanya ingin waktu berdua denganmu. Di sana takkan ada yang mengganggu. Lagipula tempat itu tempat yang indah sebenarnya. Bukan tempat yang berbahaya. Aku jamin.”

Chae Won mengangguk. Dia sudah mempercayakan hatinya pada Minho. Apapun yang dia lakukan, Chae Won pun harus percaya.

“Turunlah!”

Minho telah turun terlebih dahulu baru membantu Chae Won turun dari kudanya. Kudanya yang gagah itu diikat di batang sebuah pohon agar tidak lari ke mana-mana sampai mereka selesai. Sementara Minho menggenggam satu tangan Chae Won erat-erat untuk menyusuri danau.

“Ini tempat di mana aku benar-benar menyesal karena menjebakmu. Aku benar-benar menyesal karena tak dapat menyelamatkanmu saat itu, Putri.” Ucap Minho dengan helaan nafas panjangnya.

“Aku bisa mengerti alasanmu.” Sahut Chae Won.

“Tunggu sebentar, aku ingin mengambil beberapa bunga-bunga indah di sekitar sini untukmu. Kau pasti menyukainya.”

Chae Won mengangguk. Membiarkan Minho pergi sementara dia menunggunya di salah satu sisi danau yang cukup luas itu. Dia berada seorang diri di sana. Namun, sebuah bayangan halus menghampirinya tiba-tiba. Wujudnya seperti roh namun semakin lama-semakin jelas terlihat. Wajahnya mirip dengannya, pakaiannya pun persis seperti yang dikenakannya sekarang.

“Chae Won-ah….” Ucapnya lemah. “Terima kasih karena telah menggantikanku.”

“K… kau?”

“Benar… aku Putri Chae Won. Aku berada di sini untuk menunggumu kembali. Maaf karena merepotkanmu. Tapi tanpamu mungkin aku tak bisa sampai ke tahap ini. Aku mungkin tak bisa kembali bersama pria yang amat kucintai. Sekali lagi, terima kasih. Dan ini adalah saatnya kita kembali pada tempat kita masing-masing selamanya.”

“Ti… tidak… aku tidak mau.”

“Chae Won-ah… Minho yang sekarang adalah Minho yang ditakdirkan untukku. Dan takdirmu bukanlah berada di sini menjadi diriku. Ada takdir yang lebih baik untukmu di duniamu sendiri. Kembalilah dan buat kebahagiaanmu sendiri.”

“Tapi aku… aku…”

“Chae Won-ah… kumohon…”

Putri Chae Won yang asli menyentuh pipi Chae Won. Meski sosok-nya lebih cocok dibilang roh, tangannya yang dingin masih bisa terasa di pipi Chae Won. Seolah membangunkan Chae Won dari mimpinya.

Dia terkesiap. Pandangannya kembali buram dan memaksanya untuk memejamkan matanya kembali.

“Terima kasih… sekali lagi terima kasih banyak…”

**

Chae Won membuka matanya kembali. Perlahan-lahan dia bisa melihat sebuah lukisan besar di hadapannya. Di mana sosok Minho dan dirinya berada di sana. Dengan Sang Raja di tengah-tengah, Jae Rim dan So Eun juga berada di kedua sisi mereka. Mereka tersenyum dan tampak bahagia.

“Kau baik-baik saja?”

Pertanyaan itu berasal dari Minho yang ada di sisinya. Laki-laki itu berdiri di sana dengan raut wajah khawatir.

“Ya, aku baik-baik saja. Dan… bagaimana kau di sini?”

“Itu…”

Flashback

Minho menyadari kesalahannya. Hidupnya dirundung rasa bersalah meski Chae Won berkata sudah memaafkannya. Namun, semuanya telah berubah. Gadis itu tak lagi membutuhkannya. Mengejar-ngejarnya. Apalagi mencintainya. Chae Won pasti sangat amat membencinya karena berbagai hal yang telah dia lakukan.

Sejak membaca diary Chae Won, dia bahkan telah membenci dirinya sendiri. Gadis itu telah banyak terluka olehnya, oleh sekelilingnya, dan oleh hidupnya. Sementara dia hanya selalu bersenang-senang di atas penderitaan gadis itu.

“Kau terlalu sering melamun belakangan ini.”

Minho berada di sebuah club malam. Beberapa hari sejak memutuskan untuk tak lagi menemui Chae Won, dia hanya bolak-balik ke club malam tanpa tujuan yang pasti. Bersenang-senang dengan alcohol dan wanita malam.

“Tidak apa-apa aku hanya sedang banyak pikiran.”

“Oh ayolah… bersenang-senanglah sedikit dan jadi Choi Minho yang biasanya. Sudah sebulan lebih kau tak ke sini, datang-datang malah begini.” Ucap temannya itu lagi.

“Sepertinya aku telah banyak melakukan kesalahan.”

“Semua orang melakukan dosa, Minho.”

“Ya, tapi ini dosa yang cukup besar.”

“Memang kau akan jadi pendeta atau bhiksu? Ayolah… cukup lupakan itu dan bersenang-senang.”

Minho mendesah pelan. Mungkin kata-kata temannya benar. Dia hanya harus melupakan semuanya.

“Hey, di mana gadis bodohmu itu?”

Minho mendengus. Lelaki yang baru saja muncul adalah musuh besarnya. Mereka saling tak suka sejak Minho dikira menggoda kekasih pria itu. Bahkan sampai Minho tak lagi berhubungan dengan kekasih-nya, pria itu tetap membencinya.

“Siapa maksudmu?”

“Gadis bodoh yang menjual tubuhnya padaku untuk menyelamatkanmu tempo hari!”

Minho mengerutkan dahinya. Ya, dia pernah hampir mati karena dikeroyok pria bertubuh besar di hadapannya dan teman-temannya. Namun di hari berikutnya dia justru berbaring di kamar rumah sakit tanpa tahu apa lagi yang terjadi.

“Apa maksudmu barusan? Menjual tubuhnya?”

“Ya… gadis yang cukup cantik tapi mengenaskan itu. Hahaha… aku tak menyangka ada gadis yang mencintaimu sejauh itu. Dia benar-benar bodoh bukan?”

Minho masih menduga-duga siapa gerangan gadis yang dimaksud. Namun, sebuah nama terlintas dibenaknya. Satu-satunya gadis yang bisa berkorban sejauh itu untuknya hanyalah satu orang.

Minho mendadak lemas. Tubuhnya terjatuh ke lantai dingin club malam saat itu. Dia tak mengerti betapa buruknya dia hingga menyebabkan seorang gadis hancur demi membelanya.

“Chae Won…” Gumamnya lemah.

Sejak hari itu, Minho berusaha menemui Chae Won. Namun sesuai janjinya pada Taeyong, dia tak diijinkan bertemu gadis itu. Taeyong selalu mengawasi gerak-gerik Minho agar tak bertemu kakaknya.

Hingga suatu hari Minho mendengar Chae Won pergi ke Inggris untuk melanjutkan S2-nya. Inilah kesempatan untuknya –pikirnya.

Dan sampailah Minho di sini. Setelah sampai di Inggris dia langsung menuju Oxford, mencari keberadaan Chae Won. Namun, dia belum memberanikan diri untuk menemuinya secara langsung. Dia hanya terus menatapnya dari kejauhan.

“Seperti ini kah kau diam-diam memperhatikanku setiap hari, Chae Won-ah?” Gumam Minho. Menyadari bagaimana Chae Won selalu menatapnya dari kejauhan seperti apa yang dia lakukan sekarang.

Minho ikut senang karena hidup Chae Won di sini terlihat lebih baik. Gadis itu lebih sering tersenyum. Dia terlihat bahagia sekarang. Berbanding jauh dengan hidupnya dulu di Seoul.

Memastikan gadis itu baik-baik saja sebenarnya sudah cukup. Dia harusnya sudah bisa kembali. Tapi ada masalah yang harus dia selesaikan. Ada pertanyaan yang harus dia dapatkan jawabannya dari Chae Won. Hal yang membuatnya resah, kacau, dan penasaran bukan main.

Flashback End

“Kau tak melakukannya kan?”

Chae Won mengerjapkan matanya. Dia tak menyangka pria itu akan menceritakannya pada Minho. Dia padahal tak berharap Minho mengetahui hal itu.

“Katakan padaku, apa yang dia lakukan padamu? Kau… menjual tubuhmu? Apa kau bodoh! Kenapa kau melakukan itu untukku?”

“Aku… hanya…”

“Aku bukan pria yang pantas untuk kau cintai, Chae Won-ah. Bukan aku… aku banyak bersalah padamu. Melukaimu. Tapi kenapa… kenapa…”

Minho tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia benar-benar bisa gila karena telah menghancurkan hidup seorang gadis yang begitu mencintainya.

“Aku baik-baik saja, sungguh. Jangan khawatir… Jangan merasa bersalah dan kasihan padaku. Aku hanya mencintaimu dengan tulus tanpa mengharapkan balasannya. Jika kau bahagia, itu sudah cukup bagiku.”

“Itulah kebodohanmu.” Ucap Minho. “Aku telah merusakmu, Chae Won-ah… aku tak termaafkan.”

Minho menarik tubuh Chae Won dalam dekapannya. Rasa hangat merambat di hati Chae Won, keluar dan menyebar di tubuhnya. Ini kali pertama Minho memeluknya erat seperti ini.

“Aku sudah memaafkanmu. Jangan merasa bersalah atau mengasihaniku. Aku juga tidak benar-benar menjual tubuhku. Pria itu memintaku menjual ginjalku. Dia itu oknum perdagangan organ illegal. Namun, Taeyong berhasil mencegahku dan melaporkannya. Dia berhasil kabur tapi anak buahnya tertangkap. Tak kusangka dia sudah kembali lagi.”

Minho melepas tautannya dan menatap Chae Won.

“Aku serius. Aku tak ‘dijual’ seperti yang kau bayangkan.” Ucapnya dengan senyuman tipis. “Tubuhku… hanya pernah kujual padamu.”

‘Deg’

Minho tercekat. Ya, dia pernah membuat Chae Won memuaskan nafsunya bahkan mengancamnya dengan hal itu. Dia benar-benar pria jahat dan kejam.

“Chae Won-ah….” Minho mengulurkan tangannya ke pipi kanan Chae Won dan menyentuhnya lembut. “…bisakah kau membuatku jatuh cinta padamu?”

Chae Won melebarkan matanya. Dia tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Minho… dia memintanya untuk bisa membuat pria itu jatuh cinta kepadanya.

“…Ada takdir yang lebih baik untukmu di duniamu sendiri. Kembalilah dan buat kebahagiaanmu sendiri.”

**EPILOG**

Jun Ki kembali. Dia melihat ada sosok pria di sisi Chae Won. Mereka berdua saling berhadapan dan bertatapan satu sama lain. Diam-diam dia mendengar percakapan di antara mereka. Sepertinya pria itu memiliki hubungan khusus dengan Chae Won.

“Chae Won-ah….” Minho mengulurkan tangannya ke pipi kanan Chae Won dan menyentuhnya lembut. “…bisakah kau membuatku jatuh cinta padamu?”

Jun Ki tersentak. Seperti yang dia duga. Mereka memang memiliki hubungan khusus. Tapi dari kalimat yang diucapkan si pria sepertinya mereka belum resmi bersama. Sebuah senyuman miring tercetak di bibir Jun Ki.

“Aku berharap di kehidupanku selanjutnya, aku yang akan menemukanmu lebih dulu. Mengenalmu dan bisa bersamamu.” Ucap Jun Ki.

“Aku… yang akan membuatnya mencintaiku bukan kau…” Gumam Jun Ki disertai sebuah seringaian penuh percaya dirinya.

_END_

3 responses to “Behind The Era Final Episode

    • i don’t think so. hehehee..
      gak banyak yang baca dan tertarik jadi kayaknya gak ada sequel. mendingan bikin cerita baru aja kkkk
      thanks ya udah baca dan comment dari awal eps sampe akhir hehehee ^^

  1. ya ga apa apa deh thor yang penting bisa baca ff yang selalu keren seperti ini
    sumpah deh saya suka banget ff kamu thor semuanya pada bagus…
    setiap baca harus ninggalin jejak kan thor menghargai orang yang udah susah susah buat bikin ff… apalagi ini gratisan hehehe

Tinggalkan komentar