Back in Time (Part 5)

back-in-time1

Cast : Choi Minho I Cho Chae Won I Mark Yi Tuan I Kwon Yuri

Genre : Romance, Marriedlife, Sad, Hurt

Length : Chapter

Poster : deerkkamjong07 @ARTFANTASY

**

“If I Can Back To The Past and Meet You First”

**

Part 5 “Another Destiny”

Perasaan Chae Won kacau bukan main. Ini salahnya. Salahnya yang tak bisa menjaga dirinya agar menjauhi Minho. Salahnya karena terbawa ego-nya yang nyatanya masih menginginkan namja itu. Salahnya yang tak memikirkan Mark. Ini salahnya…

Dan sekarang…

Saat Mark benar-benar pergi dari hidupnya. Dia sadar. Sadar bahwa namja itu sedikit demi sedikit sudah mengambil sebagian hatinya meski di sisi lain masih ada nama Minho. Dia bingung. Dia juga tak mengerti akan perasaannya kini. Semuanya terjadi begitu cepat seakan tak mau mendengarkan pendapatnya terlebih dulu.

Eotteoke? Eotteoke jigeum?” Lirihnya.

**

Minho menemui Mark. Namja itu sedang menikmati minuman di salah satu bar. Terlihat jelas bahwa namja berambut merah itu pun perasaannya sedang tak baik. Minho mengerti.

“Terima kasih.” Ucap Minho tiba-tiba dan membuat Mark menoleh padanya. “Terima kasih karena kau melakukan hal yang sama denganku. Menyakitinya. Membuatnya menangis. Dan sekarang kalian putus.” Lanjut Minho.

Mark hanya mendesis tak peduli. Matanya menatap kosong dengan tangannya yang memegang sebuah gelas kaca.

“Dia bekerja part time di café itu dan aku mengikutinya. Dia bekerja untuk memberikanmu ini sebagai hadiah ulang tahunmu.” Ucap Minho sambil menyerahkan kotak jam tangan yang sempat dibuang Mark. “Dia bekerja keras hanya untuk memberikan barang yang pas untukmu. Kupikir kau beruntung dan aku sedikit iri. Jangan salahkan dia atas apa yang kau lihat. Sepenuhnya salahku. Aku yang terlalu terobsesi padanya hanya untuk menebus dosaku.”

Mark tersenyum miring. Dia menatap kotak itu dan membukanya. Sebuah jam tangan ber-merk yang pastinya uang jajan bulanan Chae Won takkan cukup membelinya. Mark akhirnya mengerti.

“Aku hanya ingin membuat semuanya lebih fair. Jadi, maafkan dia.” Ucap Minho.

Mark mengerutkan dahinya. Harusnya Minho senang karena kini dia dan Chae Won putus tapi kenapa?

“Mungkin dia akan bahagia bersamamu.” Lanjut Minho lagi dengan tatapan nanar. Hatinya sakit saat mengucap kata itu. Tapi dia sudah memantapkan hatinya. Sungguh.

“Kau… yakin?”

Minho mengangguk yakin.

“Dengan melihatnya bahagia bukankah telah memperbaiki semuanya. Karena sebenarnya dia bahkan sudah mencintaimu sejak kalian mengenalnya dulu.” Ucap Minho mengingat buku harian Chae Won yang pernah dibacanya.

Minho lantas beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Mark seorang diri.

**

Minho menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil. Dia lelah. Lelah dengan apa yang dilakukan dan dipikirkan. Terlalu banyak hal yang berputar-putar di kepalanya hingga membuatnya lelah. Dia masih merasa apa yang dia lakukan tadi pada Mark adalah sebuah kesalahan. Tapi di sisi hatinya yang lain hal itu hal paling baik yang pernah dia putuskan untuk kebahagian seseorang. Chae Won tentu saja.

Dadanya terasa sesak dan air mata tak sanggup lagi dibendungnya. Dia terisak. Choi Minho terisak di kelamnya malam. Dia meratapi kehidupannya kini. Hidup keduanya yang sama tak bergunanya dengan kehidupan pertamanya. Lantas kalau begini apa yang harus dilakukan? Meratapinya saja? Melihat yeoja yang dicintainya bahagia dengan orang lain? Tapi jujur saja itu lebih baik dibanding melihat yeoja itu meninggal dengan cara yang menggenaskan karena kebodohannya.

Dia kembali menyesal.

Tapi hatinya sedikit lebih lega.

Terlepas dari rasa sakitnya yang kian menyeruak.

Dia lega.

**

Kehidupan Choi Minho sekarang berubah. Dia bukan lagi namja tampan, mempesona, dengan senyuman manisnya. Dia kini hanya namja tampan yang dingin. Dia berubah menjadi dingin sekarang. Hidupnya kini hanya dihabiskan dengan pekerjaan-pekerjaan kantornya.

Dia tak lagi peduli pada apa yang terjadi di sekelilingnya. Namun bohong jika dia tak peduli pada undangan pernikahan di atas meja yang baru saja dikirim seseorang untuknya.

Pernikahan Mark Yi Tuan dan Cho Chae Won.

Lukanya kembali terbuka lebar. Dia menatap pedih undangan itu. Tapi bukankah dia juga yang sudah merelakan gadisnya?

“Kau sepertinya sangat terluka saat melihatnya. Apa mereka tak sadar dengan apa yang mereka lakukan? Mengirimimu undangan? Cih… yang benar saja!”

Minho hanya menatap sinis yeoja di hadapannya. Kwon Yuri. Kini yeoja itu menjadi sekretarisnya. Dan itu semua karena paksaan appa-nya. Dia tak mengerti apa yang dilakukan yeoja itu hingga bisa membuat appa-nya menyetujui begitu saja saat yeoja itu melamar menjadi sekretarisnya.

“Kurasa aku tidak sedang membutuhkanmu, Nona Kwon. Bisakah kau keluar dari ruanganku?” Ucap Minho.

Yuri mendengus. Lagi dan lagi dia ditolak mentah-mentah oleh Minho. Tak pernah sekalipun namja itu terlihat tertarik olehnya. Padahal dia sudah melakukan segala cara untuk membuat dirinya bisa dekat dengan namja itu.

“Kau akan datang ke sana?” Tanya Yuri penasaran.

“Aku datang atau tidak bukan urusanmu. Sebaiknya kau pergi sekarang!”

Yuri menghentakkan satu kakinya ke lantai. Dia kesal karena Minho selalu ketus padanya.

**

Neomu yeppeo.” Ucap Mark dengan senyumannya saat melihat calon istrinya memakai sebuah gaun.

Jinjjayo oppa?” Tanya Chae Won meyakinkan.

Ne, kau pengantin tercantik di dunia.”

Chae Won bersemu merah. Mark selalu saja bisa membuatnya seperti ini. Merasa menjadi wanita paling spesial.

Oppa, kapan orangtuamu kembali?”

“Mungkin lusa. Jadi mereka masih bisa istirahat sebelum pernikahan kita. Gokjongma, sekalipun mereka tak kembali tepat waktu, aku tetap akan menikahimu.”

Mwoya? Mana bisa begitu oppa! Kau ini.”

Keduanya tergelak dalam canda tawa. Tak sadar bahwa ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dari luar butik.

Minho menghela nafas kasar. Wajah pedihnya tak bisa dia sembunyikan. Dia memang rela tapi bukan berarti dia bisa bahagia melihat kedua pasangan itu.

“Apa aku boleh memelukmu sekali saja? Setidaknya sebelum kau menikah, Wonnie-ah.” Gumam Minho lirih.

**

Minho mengerang frustrasi. Akal sehatnya sudah di bawah normal. Sejak keluar dari club beberapa menit yang lalu, namja itu tak henti-hentinya mengerang dengan air mata yang keluar dari kedua matanya. Rasa sakit yang dia rasakan tak bisa ditahannya. Mata bulatnya menatap jalan dengan tatapan nanarnya. Tak peduli jika mobilnya oleng tak tentu arah. Bersyukur karena jalanan sepi.

Mata bulatnya tiba-tiba menyipit saat melihat sesosok yeoja di depan halte. Dia perlahan mendekati halte dan menghentikan mobilnya di sana. Lantas dia keluar dari mobil itu seketika.

Op… pa…” Lirih si yeoja dengan mata membulat saat melihat Minho di hadapannya.

“Wonnie… aku… aku mencintaimu.” Ucap Minho lirih. “Aku ingin kau jadi milikku… Kumohon.. Beri aku kesempatan…”

Chae Won menatap sedih ke arah Minho. Namja itu terlihat begitu frustrasi sekarang. Bohong kalau Chae Won tak iba melihatnya. Dia mengerti perasaan Minho tapi dia tak bisa lagi memberikan kesempatan itu. Tidak lagi karena dia akan segera menikah.

“Maaf oppa tapi aku… hmmpphhh…”

Minho meraih tengkuk Chae Won, melumat bibir yeoja itu sedikit kasar karena paksaan. Chae Won mengerang dan mencoba melepaskan tautan mereka. Tapi tentu saja kekuatan Minho tak dapat dikalahkannya.

PLAK

Pipi Minho memerah saat satu tamparan dari tangan Chae Won mengenainya. Yeoja itu menatap Minho dengan tatapan kesal. Tapi Minho tak bergeming. Namja itu justru menyeret Chae Won ke dalam mobil. Menghempaskan tubuh yeoja itu di kursi belakang mobilnya. Menyudutkannya hingga tak berdaya.

Minho menunjukkan smirk-nya. Kini otaknya sudah dikuasai oleh racun dari minuman yang ditenggaknya. Tak mempunyai perasaan. Tak memakai logika. Hanya emosinya yang saling beradu.

Op… pa.. le.. paskan… a… a…aku…” Ucap Chae Won ketakutan.

Minho tak menggubrisnya. Dia justru merangkak ke dalam mobil, menindih tubuh Chae Won, dan melumat lagi bibir yeoja itu secara paksa. Perlahan dia melepaskan satu demi satu pakaian yeoja itu. Begitu juga dengan dirinya. Tak peduli jika yeoja itu sudah menangis tersedu di bawahnya. Dia tak peduli.

Neo nae kkoya…” Bisiknya dan melanjutkan aktivitas terlarangnya itu pada Chae Won.

**

PRANG…

Ponsel Mark pecah karena jatuh di aspal. Dia berdecak kesal karena layarnya retak. Padahal di sana terlihat foto calon istrinya yang memakai gaun. Begitu cantik.

“Aku harus membeli baru lagi sepertinya.” Gumamnya sebelum menaiki mobil.

Mark bersiul senang. Dia baru saja dari pertemuan dengan rekan-rekan bisnisnya. Tadinya dia ingin mengajak Chae Won sekalian memperkenalkan yeoja itu sebagai calon istri-nya. Tapi sayangnya, Chae Won sudah punya janji dengan teman-teman se-angkatan-nya untuk pesta setelah kelulusan mereka. Mark tak melarangnya, asalkan saat pulang Mark menjemputnya.

Dari pesannya yang terakhir, yeoja itu berkata dia menunggu Mark di halte dekat gedung pesta berlangsung. Dia berharap yeoja-nya itu tak terlalu lama menunggunya, mengingat begitu sulit keluar dari pertemuan itu.

Mata Mark menyipit, dia mencari sosok yeoja-nya di halte yang beberapa meter berada di depan mobilnya. Tapi tak ada siapapun di sana. Hanya sebuah mobil yang terparkir rapi di sana.

Dia lantas menghubungi ponsel Chae Won sambil mendekati halte perlahan. Tapi nyatanya tak ada jawaban dari sana. Itu membuat Mark semakin gelisah dan panik. Dia takut sesuatu terjadi padanya.

Mark menghentikan mobilnya tepat di depan mobil yang sudah terparkir lebih dulu di sana. Dia turun dari mobil dan mau bertanya pada si pemilik mobil tentang keberadaan Chae Won. Mungkin saja dia melihatnya.

Tapi langkahnya terhenti. Terhenti saat mendengar suara minta tolong dari sana. Suara yang tak asing baginya.

Mark berlari, menggedor pintu dan melihat apa yang terjadi dari jendela. Matanya membulat sempurna dan emosinya memuncak. Nafasnya tercekat seketika saat melihat calon istrinya di dalam, diperkosa oleh seorang namja. Namja yang sempat menjadi rival dan mantan kekasih Chae Won. CHOI MINHO.

Mark memaksa masuk. Dia mencari cara agar bisa menyelamatkan yeoja-nya. Tapi mungkin dia sudah terlambat karena Chae Won sudah tak bisa mengeluarkan kata-kata lagi. Hanya air mata dari kedua matanya yang keluar. Dia sudah benar-benar tak berdaya.

Minho memakai pakaiannya setelah mengecup singkat bibir Chae Won sekali lagi. Nafasnya masih memburu dan masih tak tahu kalau ada seseorang yang melihatnya dari luar mobil.

“Maaf.” Kata itu keluar dari bibir Minho yang justru mengiris hati Chae Won semakin dalam.

Lantas Minho membuka pintu mobilnya. Tapi setelah membukanya, tangannya diseret begitu saja. Dan pukulan bertubi-tubi didapatnya dari seseorang yang tak lain adalah Mark.

“APA YANG KAU LAKUKAN, HAH? DASAR PECUNDANG!”

BUUGHH…

Pukulan demi pukulan mengenai tubuh Minho tapi namja itu masih dibawah alam sadarnya hingga sulit untuk melawan.

“KAU! KAU LEBIH BAIK MATI CHOI MINHO!!!” Pekik Mark sebelum melayangkan pukulan terakhirnya di perut Minho, membuat namja itu tersungkur dan tergeletak tak berdaya.

Mark menghampiri Chae Won. Yeoja itu terisak dengan pakaian yang setidaknya masih bisa dia pakai meski tampak tak layak. Dia menangis di pojok mobil. Meratapi apa yang baru saja terjadi padanya. Sementara Mark menatap iba pada yeoja itu.

Mark menggendong Chae Won, membawanya ke dalam mobil miliknya dan menjauh dari tempat itu. Meninggalkan Minho yang tak sadarkan diri dengan luka ditubuhnya.

**

Minho terhuyung berjalan ke kamarnya. Dia mengerang frustrasi saat di pagi ini dia tersadar di trotoar dengan luka disekujur tubuhnya. Tapi bukan itu yang membuatnya mengerang keras. Dia mengerang karena merutuki kejadian yang terjadi semalam meski samar.

Dosa besar. Lagi-lagi dia melakukan itu. Dia benar-benar bodoh semalam. Kenapa logikanya terkalahkan oleh segala ego-nya? Kenapa minuman yang ditenggaknya bisa menguasainya sampai sebegitu kejam? Entah apa yang bisa dilakukannya sekarang pada yeoja itu. Dia benar-benar tak punya muka sekarang. Sekalipun dia ditampar ribuan kali, rasanya tak cukup membayar semuanya.

“Aku harus menemuinya.”

Kata-kata itulah yang sejak tadi membayangi pikirannya. Tapi apa bisa dia menemui yeoja itu? Jelas-jelas dia telah merenggut sesuatu yang berharga dari si yeoja dan pastinya meninggalkan luka dalam pada yeoja yang akan menikah besok.

Oh Tuhan, dirinya benar-benar tak pantas dimaafkan.

Tapi tekad-nya sudah bulat. Sekalipun dia harus dipukuli lagi, diaharus tetap menemui Chae Won.

**

Chae Won masih menangis diatas tempat tidurnya dengan kedua lutut yang ditekuk dan kepalanya dibenamkan di antara kedua lutut. Dia tak mempedulikan siapapun. Tidak eomma dan appa-nya yang datang untuk membuatnya makan meski hanya sesuap. Tidak Kyuhyun yang mencoba menenangkannya. Tidak juga Mark yang memeluknya erat dan berkata untuk melupakan semuanya.

Melupakannya? Mana mungkin dia bisa melupakannya begitu saja.

“Wonnie-ah… sudahlah! Anggap semuanya mimpi, tak ada yang perlu takutkan sekarang. Ada aku di sini, ok?” Ucap Mark.

Dan entah itu kalimat ke-berapanya yang terucap untuk meyakinkan Chae Won bahwa semuanya baik-baik saja.

“Aku takkan membiarkan namja sialan itu menyentuhmu lagi. Takkan pernah meski itu dimimpinya. Aku akan menjagamu. Aku akan melindungimu, Wonnie. Kumohon berhentilah menangis! Kau juga membuatku sedih.” Ucap Mark. Lagi-lagi dia mencoba agar yeoja-nya bisa merasa lebih baik. Setidaknya dia harus makan sesuap nasi. Atau paling tidak menghentikan tangisannya.

Hyung, ijinkan aku masuk! Aku ingin meluruskan semuanya. Hyung, jebalyo…”

Suara itu membuat Mark pensaran. Lantas dia melihat ke arah luar lewat jendela kamar Chae Won. Hatinya menggeram. Panas tubuhnya seakan naik dengan emosi yang meluap-luap setelah melihat siapa yang mengeluarkan kalimat barusan.

Hyung, aku akan bertanggung jawab….”

Mark semakin geram. Akhirnya dia keluar dari kamar Chae Won dan menemui namja yang ada di luar.

**

Mark keluar rumah. Dia benar-benar sudah ingin membunuh namja di hadapan Kyuhyun saat ini jika namja itu masih berani menampakkan diri di depannya.

Hyung, biar aku yang urus.” Ucap Mark pada Kyuhyun.

Kyuhyun menurutinya. Dia tak peduli pada apa yang akan dilakukan Mark pada namja itu. Baginya rasa sakit adiknya jauh lebih menyakitkan dibandingkan apapun.

“Kau masih berani ke sini?” Sinis Mark.

“Aku ingin meluruskan semuanya. Minta maaf dan bertanggung jawab.”

Mark mendengus. Baginya dua hal yang mungkin baik itu justru terdengar negatif di telinganya.

“Aku meminta Chae Won melupakan semuanya. Jadi kuharap kau melupakan semua yang terjadi semalam, Choi Minho-ssi.” Sahut Mark tegas.

Dia sudah tak peduli apa yang akan terjadi pada Chae Won nantinya. Hamil adalah kemungkinan terburuk. Tapi dia tak mempermasalahkan itu. Anggap saja itu anaknya. Toh sebentar lagi mereka akan menikah.

“Aku yang akan bertanggung jawab, Mark-ssi. Aku yang…”

“Sudahlah! Kau sudah membuat semuanya hancur berantakan! Dan aku tak mau karena kau, pernikahan kami juga hancur! Sebaiknya kau pergi sebelum aku menghabisimu!” Pekik Mark lantang.

Minho menghela nafasnya. Dia hanya tak ingin dicap sebagai namja yang tak bertanggung jawab. Lagipula dia mencintai yeoja itu. Jadi apa salahnya?

“Aku mohon… Aku ingin bertanggung jawab, Mark-ssi. Atau setidaknya ijinkan aku minta maaf pada Chae Won.”

“TIDAK! Melihatmu akan membuatnya semakin terluka. Sebaiknya kau pergi sekarang juga! Kau bukan siapa-siapa lagi di hidupnya!”

Tapi Minho yang keras kepala tak mau tahu. Dia memaksa masuk dan melewati pertahanan Mark. Mark juga tak mau kalah. Dia menarik Minho, menghajarnya lagi hingga tersungkur.

“Sudah kukatakan untuk pergi jadi sebaiknya kau pergi!” Pekik Mark.

Lantas namja itu masuk ke dalam rumah dan membanting pintu keras-keras.

Minho mendesah frustrasi. Dia mungkin sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang.

**

Mark kembali menemui Chae Won. Dan yeoja itu masih di tempatnya. Di posisi yang sama dan masih tak ada tanda-tanda untuk meresponnya. Mark hanya bisa menatapnya iba.

Oppa…

Panggilan itu sejenak menimbulkan harapan bagi Mark. Namja itu mendekati tubuh Chae Won di mana kepalanya sudah mendongak dan menatap ke arahnya meski masih dengan tatapan kesedihan.

Ne…” Jawab Mark pelan sambil mengelus kepala Chae Won lembut.

“Kita batalkan pernikahan kita.”

Sontak kata-kata itu membuat Mark tercekat. Batal? Pernikahan yang hanya tinggal esok harus dibatalkan?

“Apa maksudmu? Kenapa dibatalkan, Wonnie-ah? Kenapa?”

“Aku… aku tidak pantas lagi untukmu oppa. Aku… aku sudah kotor.” Lirih Chae Won. “Jadi batalkan pernikahan kita, oppa.

Mark meraih tubuh Chae Won dan mendekapnya erat. Mencoba menyalurkan kehangatan dari tubuhnya.

“Tidak, Wonnie-ah. Aku tak merasa kau kotor. Kau tetap Cho Chae Won, yeoja yang kucintai dan akan kunikahi. Jadi jauhkan pikiranmu tentang hal lain, ok? Aku menerimamu. Apapun yang terjadi aku menerimamu. Aku mencintaimu, Chae Won-ah. Sangat mencintaimu.” Jelas Mark.

Chae Won kembali terisak keras. Dia merasa tak cukup pantas untuk dicintai oleh Mark.

**

Pernikahan tetap berjalan. Pernikahan suci itu tetap berjalan sesuai rencana meski si pengantin perempuan sudah tak lagi suci. Tapi biarkan saja itu menjadi rahasia Mark dan Chae Won. Biarkan orangtua Mark menganggap Chae Won masih gadis. Biarkan mereka bahagia dengan pernikahan ini.

Sementara di tempat lain, Minho tersenyum tipis. Wajah tampannya kembali dingin seperti biasanya.

Chukkae…” Gumamnya saat melihat undangan di atas meja kantornya.

Tak mungkin juga dia menghadiri pernikahan itu. Mungkin dia akan menghancurkan kebahagian mempelai di sana seketika. Dan dia tak mau menambah daftar panjang dosanya pada kedua sejoli itu. Biar saja dia sakit seorang diri. Biar saja dia menyesali semuanya sendiri. Hanya dia yang akan menelan semua kepahitan ini. Hanya dia seorang.

Dan malam ini lagi-lagi namja itu melampiaskan semua perasaannya di dalam club. Meminum beberapa tenggak alkohol kesukaannya.

“Kau sudah terlalu mabuk, Minho-ah.” Ucap seorang barista di sana.

“Biar. Biarkan aku melakukan apa yang kumau, Xiumin-ah! Aku benci dengan hidupku. Benci pada diriku sendiri. Benar kata namja itu kalau aku hanya pecundang yang pantas mati. Aku pantas mati!” Ucap Minho yang sudah dibawah alam sadarnya.

Xiumin hanya menghembuskan nafas perlahan. Dia lantas mencari seseorang yang mungkin bisa menghentikan Minho. Seperti Kwon Yuri misalkan?

“Dia sudah terlalu mabuk dan bicara aneh.” Ucap Xiumin saat Yuri bertanya.

“Minho-ah, sebaiknya kita pulang, ne?” Ucap Yuri sambil mencoba membopong Minho dengan bantuan Xiumin juga.

“Aku pecundang. Aku pantas mati…” Gumaman itu yang terus diucapkan Minho sepanjang Yuri dan Xiumin membawanya keluar dari club.

Yuri menatap heran pada Minho. Sepertinya namja itu begitu sedih karena hari ini adalah hari pernikahan yeoja yang dicintainya. Tapi bagi Yuri itu justru hal paling membahagiakan di dunia. Bukankah dengan begitu dia yang bisa bersama Minho?

“Aku akan bertanggung jawab. Aku yang menghamilinya jadi aku yang bertanggung jawab. Kumohon….”

Yuri mengerutkan dahinya. Kata-kata Minho barusan begitu aneh. Apa itu hanya sebuah gumaman? Tapi orang yang tengah mabuk hanya akan menggumamkan kejujuran, bukan?

“Wonnie-ah.. aku yang akan menikahimu. Aku yang akan bertanggung jawab. Percayalah…”

Dan Yuri tersentak seketika. Dia mulai menyatukan apa yang dikatakan Minho satu per satu. Bagaimana namja itu begitu ingin bertanggung jawab pada Chae Won menjelaskan bahwa terjadi sesuatu pada keduanya.

“Minho-ah, apa yang terjadi antara kau dan Chae Won?” Tanya Yuri seketika. Dia masih begitu penasaran.

“Aku… aku merenggut kesuciannya… Aku… menghamilinya.”

Mata Yuri terbelalak dengan mulut menganga. Dia tak habis pikir. Benar-benar tak habis pikir dengan apa yang baru saja didengarnya.

** To Be Continued **

*NB : Aku merasa gagal sama ff ini tapi gak mau gantungin. Jadi mungkin satu part lagi akan end? entahlah… semoga tetep suka dan berniat komentar. Hehehe… Gamsaheyo *BOW*

7 responses to “Back in Time (Part 5)

  1. Aaaa chingu, alurnya bgus koo.. tp adegan pemerkosaan itu terlalu drama ya..
    Tp mungkin ajja sih…
    Ayoo chingu. Kumpulkan semangatmu..
    Lanjutkan

  2. Kok jd begini?kasian jg ma Minho dah ngelepasin Wonnie tuk Mark tp tetap aja ndak rela malah berbuat hal seperti it.

  3. aku telat bacanya
    ternyata minho kamu tega banget yakkk
    padahal kesempatan itu yak akan datang untuk kesekian kalinya tapi kamu selalu kayak gitu
    mark begitu besar cintanya buat chae won dan dia tetep tulus nrima chae won dengan kondisinya salut buat kamu mark

  4. Nungguin hujan reda lumayan bisa lanjutin ff ini. Astaga aku speeclesh ama minho mau kasian emang kasian mau gak suka gimana.. V dia juga udah Jahat sech katanya cinta sama chaewon v malah merusak y.. Masih gak ngerti sama definisi cinta v malah merusak.
    Nah loch mark ama chae won udah nikah berarti HoWon couple udahan donk.

Tinggalkan komentar